Joko Widodo bersama mobil buatan Esemka saat masih menjabat
Walikota Solo. (int)
JAKARTA — Mantan Presiden Joko Widodo
(Jokowi) digugat calon pembeli mobil Esemka di Pengadilan Negeri Solo, Selasa
(8/4/2025). Penggugat, Aufaa Luqmana Re A (19), merasa dibohongi dan menuntut
ganti rugi sebesar Rp300 juta.
Warga Ngoresan, Jebres, Kota Solo itu mengajukan gugatan
terhadap mantan Presiden dan Wakil Presiden (Wapres) RI Joko Widodo (Jokowi)
dan Maruf Amin dan ditujukan kepada PT Solo Manufaktur Kreasi selaku produsen
mobil Esemka.
"Mobil Esemka dijanjikan akan menjadi mobil nasional
yang terjangkau dan bisa dimiliki masyarakat. Klien kami sudah merencanakan
pembelian dua unit, tapi kenyataannya tidak ada produksi massal dan
distribusinya pun minim," kata Sigit, Rabu (9/4/2025).
Jokowi mempopulerkan mobil Esemka saat menjabat wali kota Solo. Menurut penggugat, mobil Esemka sudah ditawarkan ke banyak calon pembeli termasuk dirinya. Penggugat pun menilai para tergugat wanprestasi, sehingga kliennya menuntut ganti rugi sebesar Rp 300 juta atau senilai dengan harga dua unit mobil yang akan ia beli.
"Produk tidak berlanjut, pemasaran tidak jelas. Klien
kami akhirnya tidak bisa mendapatkan mobil yang diidamkan," katanya
mengakhiri.
Jokowi Akui Persaingan Dunia Otomotif Tidak Gampang
Digugat oleh warga Solo terkait produksi mobil Esemka, Jokowi
mengaku telah menyerahkan persoalan tersebut ke kuasa hukumnya. “Nanti
ditanyakan juga ke pengacara, karena sudah kita serahkan semua ke pengacara.
Urusan berbeda, pengacara berbeda,” kata Jokowi, Jumat (11/5/2025).
Jokowi menceritakan ihwal mobil Esemka yang digadang-gadang
akan diproduksi massal sebagai mobil nasional. Mobil Esemka mencuat saat
dirinya menjabat wali kota Solo dan sekadar mendorong karya anak SMK seperti
uji emisi. “Itu pabriknya siapa? pabriknya swasta, sebagai wali kota kita hanya
mendorong,” kilahnya.
Mengenai ada tidaknya investor yang siap mengembangkan mobil
Esemka tersebut, Jokowi berdalih hal tersebut merupakan persoalan berbeda. Wali
kota sebagai pihak eksekutif sekadar mendorong investor.
“Tapi investasi di bidang otomotif saingannya nggak mudah.
Prinsipal-prinsipal yang sudah lama, dengan harga yang kompetitif, dengan
pelayanan purna yang juga di semua bengkel ada. Sangat kompleks,” lanjutnya.
Menurutnya, kompleksitas mobil Esemka tidak berhenti sekadar
memproduksi unit saja. Banyak masalah lain yang juga harus dipikirkan seperti
pemasaran dan layanan purna jual.
“Itu sudah urusan swasta. Kalau urusan pemerintah sekadar
mendorong apapun produk yang dihasilkan oleh rakyat, kita harus dorong agar ada
yang mau investasi di situ,” kata Jokowi.
Jokowi mengaku berharap pabrik Esemka bisa memproduksi lebih
baik dan banyak ke depannya. “Jadi bisa menyerap tenaga kerja, memberikan
kesempatan kerja, itu sparepart dan lain-lain. Menyangkut produk lokal kan
bagus,” katanya.
Meski demikian, Jokowi mengakui bersaing di dunia bisnis
tidak mudah. “Bersaing di otomotif juga tidak gampang. Banyak yang sudah
membuktikan, merk-merk dari Eropa di kita banyak yang tutup dan negara-negara
lain yang tidak bisa saya sebut,” katanya menambahkan.
Sekali lagi Jokowi menegaskan bahwa persoalan pabrik murni di
ranah swasta. Pasalnya, ia mengatakan, sebagai presiden dirinya sudah
mendorong, dengan hadir saat pembukaan pabrik.
“(Perkembangan pabrik) itu sudah di wilayah sektor swasta.
Masa kita mengikuti? Sebagai Presiden (dulu) sudah kami buka, tapi masalah
produksi, marketing, laku dan tidak laku menjadi urusan perusahaan itu,”
katanya. (*)