by : Dr. Syahganda Nainggolan/Sabang Merauke Circle
PRESIDEN Akal Sehat, Rocky Gerung dan Professor Sufmi Dasco
Ahmad begitu lahap menyantap sayur lodeh di kawasan Senayan Park Jakarta, Senin
(7/4) siang tadi. Sayur lodeh ini mengkombinasikan pedas yang terukur dengan
rasa asam yang juga terukur. Keenakannya lebih enak daripada Tom Yam Thailand.
Jagung, kacang panjang, melinjo dalam sayuran begitu lembut untuk dilahap.
Rocky sama sekali tidak memakan nasi. Sedangkan Dasco
menikmati enaknya nasi merah. Sebagai minuman pengantar makan, Rocky memesan
bir. Sementara Dasco hanya minum air mineral. Meja makanan penuh dengan tahu,
tempe, ayam, ikan asin sedikit pedas dan ikan gurame goreng kering.
Pertemuan ini sudah dirancang seminggu sebelum lebaran. Saya,
Jumhur Hidayat (pemimpin sejuta buruh) dan Ferry Juliantono (tokoh Koperasi)
yang merancang pertemuan ini ikut asyik menyantap makanan. Berlima kami
menghabiskan waktu 2,5 jam. Kami mendiskusikan nasib Bangsa Indonesia ke depan,
di bawah naungan pemimpin revolusioner Prabowo Subianto.
Kami tidak membahas trending topic "Judi Kamboja"
yang lagi menyerang Dasco. Sebab, Dasco mengatakan dirinya tidak terganggu
dengan serangan personal. Darco hanya ingin bicara soal yang lebih besar, yakni
soal nasib bangsa yang lebih baik. Bangsa yang mengutamakan kepentingan rakyat.
Ada tiga hal penting yang menjadi isu pembicaraan kami sambil
menyantap makanan. Pertama, Prabowo Subianto, menurut Rocky, ketika dirinya
dahulu kala, puluhan tahun lalu, menemani almarhum. Dr. Adnan Buyung Nasution
bertemu Prabowo. Mendengar keinginan Prabowo untuk menjadi pemimpin besar
sosialis dunia, setidaknya Asia.
Sosialisme ini tentunya mendapatkan kesempatan untuk
diwujudkan saat ini. Terutama ketika pemimpin populis dunia, Donald Trump,
melakukan disrupsi pada tatanan global lama yang sangat neoliberal. Berbagai
negara yang terkena dampak "Trump's War Trade" dapat menggalang
kekuatan dan solidaritas. Apalagi bulan ini adalah bulan Konprensi Asia Afrika.
Dasco mencatat usulan diskusi agar Prabowo pidato tentang solidaritas Asia-Afrika
pada peringatan Konprensi Asia Afrika bulan ini.
Menurut Rocky Gerung, Prabowo dan Anwar Ibrahim, PM Malaysia
dapat menjadi duo pemimpin yang berduet membentuk solidaritas pemimpin
bangsa-bangsa berkembang. Melalui kerjasama antar negara, dampak kebijakan
Trump dapat diatasi secara langsung. Namun, diskusi kami sedikit dibingungkan
oleh adanya kemungkinan Trump semakin marah, khususnya dengan pilihan Indonesia
beberapa waktu lalu menjadi anggota BRICs. Indonesia harus mengatasinya dengan
diplomasi terukur ke Amerika. Indonesia harus cepat menunjuk Duta Besar baru di
Amerika yang bekerja penuh.
Pembicaraan kami berpindah ke lapangan kerja. Misalnya,
lapangan kerja pedesaan harus meningkat setidaknya satu juta lapangan kerja
baru. Terutama setelah kebijakan Prabowo membangun 80.000 Koperasi Desa Merah
Putih. Selama ini penyerapan naker di pedesaan mencapai 40 juta jiwa dengan
lapangan kerja tercipta 1,3 juta tahun lalu.
Lapangan kerja di pedesaan bisa dilakukan melalui
industrialisasi pedesaan yang massif. Peluang "circular economy" dan
subtitusi impor mesin-mesin pertanian dapat dilakukan selama dua tahun
terakhir. Terutama tatanan ekonomi yang diperkirakan terganggu oleh kebijakan
Trump.
Saya menyampaikan ambisi Bupati Lahat, Bursah Zarnubi.
Misalnya untuk membangun industri pedesaan. Bursah, yang akan membangun pabrik
alat-alat pertanian skala kabupaten ke depan. Kami mendefinisikan sebagai
bagian contoh industrialisasi pedesaan tersebut. Industri yang nantinya dapat
dikembangkan ke kabupaten lainnya se Indonesia, jika berhasil.
Ferry Juliantono yang menyinggung kebijakan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) dari bank-bank negara yang komitmennya besar saat ini. Pemerintah
dapat mempercepat proses penumbuhan industri pedesaan. Sedangkan saya menimpali
agar bank-bank negara masuk kembali dalam skema pembinaan kaum wirausaha
menengah melalui kebijakan “Bapak Angkat-Anak Angkat” bagi setiap perusahaan
besar peminjam kredit bank.
Sementara di perkotaan, industri-industri padat karya harus
digalakkan kembali. Dengan kebijakan subtitusi impor (membatasi impor dengan
membangun industri sejenis), yang mungkin dilakukan saat ini. Pemerintah dapat
membangun pabrik-pabrik sandang, papan dan pangan dengan memastikan penyerapan
produksinya. Sedikit kebijakan proteksionis diperlukan segera.
Selanjutnya giliran Jumhur Hidayat yang menimpali. Fakta
bahwa lapangan kerja yang terbatas di dalam negeri, harus mendorong pemerintah
melihat peluang lapangan kerja di negara lain. Misalnya, Jepang, Australia dan
Korea yang kekurangan tenaga kerja. Peluang ini harus cepat direbut Indonesia.
Kombinasi penciptaan lapangan kerja di pedesaan, perkotaan
dan penempatan naker di luar negeri, bisa mengurangi tekanan objektif dari
kebutuhan lapangan kerja yang begitu besar saat ini. Berkurangnya pengangguran
tentunya akan ikut menyelesaikan masalah "Indonesia Gelap" dan
"#Kaburajadulu".
Rocky Gerung sudah selesai makan. Kini dia minta cemilan dan kopi hitam. Saya terus menambah makan. Jumhur menghabiskan semua ikan gurame, sampai kepala ikan dilahap. Dasco tetap konsisten dengan satu jenis lauk, yakni ikan teri. Cemilan akhirnya datang, yakni singkong, pisang goreng coklat keju serta ubi. Diskusi terus berlanjut.
Sementara Dasco sesekali menerima telpon dan WA. Kadang suara
Dasco menggelegar "saya tidak bisa intervensi penegak hukum",
teriaknya ditelpon. Sikap dasco yang patut untuk didukung. Sambil diskusi Dasco
menjelaskan dia sedang mengatur pertemuan penting antara Prabowo dan Ibu
Megawati Soekarnoputri.
Pembicaraan kami berpindah ke soal demokrasi. Sebelum diskusi
berlanjut, Jumhur minta diijinkan merokok ke luar ruangan. Tentu Ferry
Juliantono juga minta ikut merokok. Namun, Dasco mempersilahkan merokok di
ruangan aja, asal pintu sedikit dibuka. Saya sebenarnya ingin protes, karena
adanya asap di ruangan dan udara tidak dingin lagi. Namun, karena diskusi tidak
boleh terhenti akhirnya saya mengalah. Rocky ternyata merokok juga, seperti
rokok elektrik. Sepanjang lima tahun saya interaksi dengan Rocky terakhir ini,
dia tidak merokok.
Rocky menjelaskan Prabowo harus sering berdialog dengan
tokoh-tokoh besar seperti Sultan Hamengkubuwono X dan Megawati. Era Prabowo
juga menurut Rocky, harus meninggalkan sekutu-sekutu yang tidak progresif.
Dalam aliansi ideologis, Prabowo harus bersekutu juga dengan kelompok Islam
strategis. Cuma Rocky menyayangkan kenapa partai-partai tidak lagi memikirkan
kaderisasi Ideologis.
Kelompok progresif revolusioner harus dibangun. Di pedesaan
harus dibangun kaum tani progresif melalui gerakan koperasi yang massif. Pada
saat kakeknya Prabowo, pak Margono, menjadi aktifis koperasi, tahun 1970, dalam
catatan Prof. Sri Edi Swasono, kataku, telah dibentuk 1500 koperasi simpan
pinjam dengan anggota 200.000 jiwa.
Orang-orang kecil anggota koperasi senang karena memiliki
semangat hidup bersama dan mendapatkan modal kerja secara mudah. Jika rencana
Prabowo berhasil dengan 80.000 koperasi desa, maka kekuatan ekonomi rakyat akan
menjadi dominan. Begitu juga kekuatan rakyat sebagai kekuatan sosial.
Kelompok progresif di perkotaan dapat dibangun melalui Buruh
Progresif. Buruh dapat menjadikan dirinya sebagai kekuatan produksi (Productive
Force) melalui "Buruh Bela Negara", seperti di Jepang dan Korea era
'80an. Kaum muda perkotaan juga dapat dihimpun dalam gerakan koperasi di
kampus-kampus dan sekolah-sekolah, sehingga menjadi kekuatan produktif rakyat.
Tema politik dan demokrasi ke depan bisa diisi oleh berbagai kegiatan
produktif.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah tiga.
Dasco harus bergegas ke istana untuk rapat dengan Presiden. Semua bahan diskusi
yang kami diskusikan akan disampaikan ke presiden Prabowo. Dasco berjanji
pertemuan seperti ini nantinya akan dilakukan dengan presiden langsung.
Setelah Dasco pergi, kami masih menyantap makanan ringan.
Kopi tambah lagi. Kebulan asap rokok terus berlanjut. Rocky kemudian
menyeletuk, Prabowo Subianto akan mampu membangun bangsa ini dengan Dasco
sebagai kuncinya.
Inilah sekelumit cerita halal bi halal antara Presiden Akal
Sehat, Rocky Gerung dan Dasco. Sebagai tangan kanan presiden, Dasco begitu
teliti dalam merespon diskusi dan mempertajam dengan berbagai informasi aktual.
Saya, Rocky, Jumhur dan Ferry Juliantono sangat gembira banyaknya agenda bangsa
terbahas. Agenda pahit dan pedas seperti sayur lodeh. Secara objektif memang
situasi kita penuh tantangan besar. (*)