Pesta pernikahan sensasional putra Gubernur Sumbar Mahyeldi
berlangsung di Jalan Jalinsum Km.134, Jorong Guguk Nenas, Kecamatan Tanjung
Gadang, Kabupaten Sijunjung, Jumat (11/4/2025).
SIJUNJUNG — Peristiwa Baralek Gadang yang melibatkan putra Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah, sempat heboh karena mengganggu aktivitas pengguna Jalan Raya Lintas Sumatera (Jalinsum) dan menimbulkan kemacetan panjang.
Dalam video yang beredar di media sosial (medsos), kemacetan
panjang terlihat di kedua sisi jalan. Sementara itu, di sisi jalan dekat tenda
pesta, mobil-mobil berpelat merah berjejer.
Pesta pernikahan sensasional yang berlangsung di Jalinsum
Km.134, Jorong Guguk Nenas, Kecamatan Tanjung Gadang, Kabupaten Sijunjung pada
Jumat (11/4/2025) itu adalah putra Gubernur Sumbar Mahyeldi bernama M Taufiqur
Rahman. Ia menikah dengan seorang pengantin bernama dr. Reza Yuneri Putri.
Tak hanya itu, kendaraan kecil, truk yang melintas di kawasan
itu juga tak bisa bergerak karena terjebak macet. Bahkan ada yang mengaku
terjebak macet hingga 2 jam.
"Kalau bos mah bebas, rakyat menderita," tulis akun
@raun_sabalik99 bernada baper. Bahkan tak sedikit komentar bernada nyelekit
hingga ngamuk-ngamuk.
Banyak pula yang mengkritik penyelenggaraan acara yang
dianggap mengabaikan kepentingan umum demi kepentingan pribadi. Salah satu
komentar pada video yang ramai dibagikan menyatakan, "Ini bukan dapet
restu.. Tapi pernikahan dengan hujatan orang banyak."
Sebagai seorang gubernur dan tokoh adat Minangkabau, Mahyeldi seharusnya menjadi teladan dalam menghormati hak publik. Tradisi Minangkabau menekankan pentingnya musyawarah dan mufakat, serta menjaga keharmonisan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
Penyelenggaraan acara yang menutup
jalan utama dapat dianggap bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. Seyogianya
pihaknya mengkaji dampak sekaligus mengingatkan pihak keluarga calon besan agar
menjaga hal-hal yang berpotensi menganggu kepentingan orang banyak.
Kritik terhadap acara ini juga mencerminkan kekecewaan publik terhadap ketidakkonsistenan antara kebijakan dan tindakan pribadi pejabat publik.
Gubernur Mahyeldi sebelumnya pernah melarang aktivitas yang
mengganggu kelancaran transportasi, termasuk acara pernikahan yang menutup
jalan. Namun, dalam kasus ini, tindakan tersebut tampaknya diabaikan.
Kejadian ini menjadi pengingat bahwa kekuasaan dan tradisi
harus dijalankan dengan bijaksana. Sebagai pemimpin, Mahyeldi perlu
mempertimbangkan dampak dari setiap keputusan yang diambil, terutama yang
melibatkan fasilitas publik. Konsistensi antara perkataan dan perbuatan adalah
kunci untuk membangun kepercayaan publik.
Kepala Biro Administrasi Pimpinan (Kabiro Adpim) Setda
Provinsi Sumbar, Mursalim tidak bisa berkomentar banyak terkait pesta
pernikahan yang berlangsung. Ia hanya mengatakan bahwa pesta pernikahan
dilangsungkan di kediaman keluarga pengantin perempuan atau di rumah besan
Gubernur Mahyeldi.
"Itu keluarga cewek. Saya tidak bisa komentar,"
kata Mursalim menjawab konfirmasi awak media.
Mursalim menambahkan, orang tua pengantin perempuan merupakan
tokoh masyarakat setempat. Sehingga tidaklah heran jika sangat banyak tamu yang
datang ke pesta pernikahan sang putri.
Ia juga menegaskan bahwa pesta pernikahan hari itu sama
sekali tidak menutup jalan. Tenda pernikahan tidak ada di badan jalan.
Namun dia tak menampik akses untuk parkir kendaraan di
sekitar lokasi pesta memang sulit. Namun petugas gabungan yakni kepolisian dan
dinas perhubungan berada di lokasi ketika pesta pernikahan.
"Tidak menutup jalan. Orang parkir memang susah, tapi ada petugas mengatur, ada polisi dan Dishub," katanya bertendensi pembelaan. (sumtrazone)