Foto: akun X @hnirankara
JAKARTA — Pegiat media sosial, Maria A.
Alkaf, turut hadir dalam diskusi mengenai keaslian ijazah mantan Presiden
Jokowi yang tengah menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini.
Maria menyoroti dugaan ijazah Jokowi yang disebut-sebut
berasal dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, sejatinya baru dibuat
pada 2018.
“Semakin jelas, ijazah Jokowi yang katanya dari kampus UGM
Yogyakarta ternyata dibuat tahun 2018,” kata Maria di X @MariaAlkaff_
(24/4/2025).
Maria turut menyolek Presiden Prabowo Subianto, Humas Polri,
hingga Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam cuitannya.
Bukan cuma itu, Maria juga menampilkan cuplikan video
tangkapan layar sebuah dokumen berbentuk spreadsheet yang diduga berisi
informasi metadata pembuatan dokumen ijazah.
“Jaman udah canggih, para ahli digital forensik banyak
sekali. Mau ditutupin kayak apa lagi ini?” tambah Maria.
Ia menyiratkan keyakinannya bahwa data digital kini bisa
dengan mudah dibongkar dan dianalisis oleh pakar forensik.
Sebelumnya, ahli digital forensik Rismon Sianipar menegaskan
bahwa analisis yang ia lakukan terhadap dokumen ijazah Presiden Jokowi bukanlah
tindakan yang bermuatan politis maupun berniat buruk.
"Kita tidak ada unsur kebencian, mencemarkan nama baik
seseorang. Ini murni kita tempatkan sains, gak usah digeser-geser ke partai
politik. Ini justru memperkaya khazanah ilmiah publik kita," kata Rismon.
Ia mengaku, niat awal melakukan analisis murni berangkat dari
rasa penasaran sebagai seorang ilmuwan.
"Saat saya membuat analisa terkait ijazah maupun skripsi
Pak Jokowi, memang tidak ada maksud apapun. Kecuali memang saya seorang saintis
yang meragukan segala sesuatu. Tapi akhirnya viral. Itu urusan nanti gitu
loh," jelasnya.
Rismon menambahkan bahwa ia telah menyampaikan semua temuan
dan pemahamannya sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
"Saya sudah mengungkapkan apa yang saya pahami, geluti,
analisa. Kalau dipahami sebagai buzzer, saya kira nanti saja. Setelah analisa
ini saya kembali ke alam saya. No partai politik, tidak berharap apapun, saya
ingin kembali menjadi penulis dan programmer," tegasnya.
Ia juga sempat mengomentari kunjungannya ke Universitas
Gadjah Mada (UGM) dalam rangka mencari klarifikasi atas dokumen yang menjadi
sorotan.
Menurut Rismon, pihak kampus tidak memberikan cukup bukti
yang bisa memperkuat keabsahan ijazah yang dipersoalkan.
"Para Wakil Rektor, pejabat lainnya tidak menyajikan
bukti apapun selain ijazah Jokowi dan rekannya. UGM itu kan dikenal super
ketat, bukan hanya hal akademik tapi hal administratif," kuncinya. (fajar)