Kontroversi ijazah Presiden Jokowi kembali mencuat/Ist
JAKARTA — Kontroversi ijazah Presiden Jokowi
kembali mencuat, kali ini menyedot perhatian seorang alumni Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan 1982, bernama Lukman.
Lukman menegaskan, pembuktian paling sederhana terkait
keabsahan status akademis Jokowi dapat dilakukan melalui data pelaksanaan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang menjadi bagian wajib dari proses pendidikan di
UGM.
“Kalau memang Bapak Jokowi pernah kuliah di Fakultas
Kehutanan UGM dan lulus bergelar insinyur, tolong dibuka di mana dia
melaksanakan KKN,” kata Lukman dikutip dari unggahan akun x @regar_0posisi
(22/4/2025).
Ia menyebutkan bahwa masa KKN biasanya berlangsung selama
tiga bulan, dan pengalaman tersebut akan selalu membekas bagi para mahasiswa
karena menjadi bagian penting dari tahapan kelulusan.
"Itu saja cukup, yang lain saya tidak mempedulikan, mau
ijazah ilang, asli, palsu. Kalau KKN itu rata-rata tiga bulan pak,” tukasnya.
Lebih lanjut, Lukman menyatakan bahwa tidak mungkin seorang
lulusan UGM melupakan lokasi atau pengalaman saat menjalani KKN.
Ia juga menyebut nama seorang akademisi UGM sebagai tokoh penting
dalam merumuskan kewajiban KKN di kampus tersebut.
“Tolong buka aja itu dan pasti ingat, tidak mungkin lupa itu.
Karena ini wajib hukumnya yang dicetuskan oleh salah satunya Bapak Prof
Kusnaldi, kebetulan pembimbing saya juga dulu,” kuncinya.
Sebelumnya, Jokowi memberikan penjelasan terkait foto
ijazahnya dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menjadi
sorotan publik, khususnya soal penggunaan kacamata, meski selama ini ia dikenal
tidak mengenakan kacamata.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Presiden RI dua periode
ini saat ia memperlihatkan ijazah asli UGM kepada sejumlah jurnalis di
rumahnya, Solo, pada Rabu (16/4/2025) kemarin.
Namun, Jokowi meminta agar wartawan tidak mengambil foto atau
video saat ia menunjukkan ijazah tersebut, dan meminta mereka untuk menaruh
ponsel serta kamera di ruang transit.
Saat ijazah diperlihatkan, beberapa jurnalis menanyakan
mengenai kacamata yang terlihat dalam foto ijazah UGM tersebut.
Jokowi menjelaskan dengan singkat bahwa dulu ia memang memakai
kacamata karena memiliki gangguan penglihatan, namun kacamata tersebut rusak
dan ia tidak mampu membelinya lagi pada waktu itu.
“Kacamata saya pecah, tidak mampu beli lagi dulu,” ucap
Jokowi, tanpa memberikan rincian lebih lanjut mengenai kondisi penglihatannya,
seperti berapa minus matanya atau kapan kacamata tersebut rusak.
Selain itu, Jokowi juga menanggapi pertanyaan mengenai
perbedaan penulisan nama dan tanda tangan pembimbing utama skripsinya yang
tertulis dalam ejaan lama.
Hal ini terkait dengan nama Prof. Dr. Ir. Achmad Soemitro
yang tercatat di ijazah, sementara dalam beberapa referensi lain, termasuk buku
yang ditulis keluarga, nama tersebut ditulis menggunakan ejaan baru sebagai
Prof. Dr. Ir. Achmad Sumitro.
Jokowi menegaskan bahwa penulisan nama dalam ijazah tersebut
berasal langsung dari Universitas Gadjah Mada, dan ia hanya menerima sesuai
dengan yang tertulis.
“Saya hanya menerima saja, jika ada nama ejaan beda itu UGM,”
Jokowi menuturkan.
Prof. Dr. Ir. Achmad Soemitro, yang tercatat sebagai
pembimbing utama skripsi Jokowi, juga dikenal sebagai mantan Dekan Fakultas
Kehutanan UGM yang menandatangani ijazah pada periode kepemimpinannya. (fajar)