by : Salamuddin Daeng/Pengamat Ekonomi
DUNIA saat ini berubah dengan cepat. Namun Presiden Prabowo
Subianto telah mengambil langkah yang lebih cepat lagi. Langkahnya sama sekali
tidak terduga-duga oleh para menterinya. Sebagian besar anak buahnya tidak
mengerti apa yang dilakukan oleh Prabowo. Ada yang mencoba menjelaskan, namun
dengan tatapan mata yang kosong seperti Sri Mulyani. Tidak paham yang dimaui
Presiden apa?
Sebagian yang lain mencoba memberikan pemahaman. Sayangnya
yang disampaikan itu salah. Misalnya, penjelasan yang disampikan terkait dengan
Danantara. Ada lagi yang mecoba memanifestasikan kebijakan Presiden Prabowo
seperti launching Bank Emas. Namun penjelasan yang sangat memalukan dan konyol.
Dikira Bank Emas itu seperti perusahaan pegadaian. Sungguh benar-benar
menyedihkan, karena pembantu presiden gagal paham.
Dunia kini tengah menyaksikan action Presiden Amerika Serikat
Donal Trump yang membuat berbagai kebijakan kontoversial. Trump memotong
anggaran pemerintahnya. Termasuk memangkas berbagai bantuan luar negeri. Trump
juga keluar dari berbagai kesepakatan perdagangan bebas. Langkah berikutnya,
Trump memberlakukan tarif besar besar-besaran kepada negara yang menjadi
pesaingnya.
Donal Trump dengan gagah dan bangga membuat berbagai
kebijakan yang mengubah haluan Amerika menuju proteksionisme. Trump tidak
peduli dengan tanggapan dari negara lain. Tujuannya untuk menjaga dan menyelamatkan
kepentingan nasional Amerika. Untuk itu, Amerika Serikat menjalankan
proteksionisme secara terbuka dan telanjang. Tanpa tendeng aling-aling. Dunia
dibuat tersentak kaget.
Hampir mirip dengan Trump di Indonesia. Namun lebih tinggi
dari yang dilakukan Donald Trump. Presiden Prabowo melakukukan gerakan banting
setir. Benar-benar mengubah rute ekonomi Indonesia. Membuat kebijakan yang
paling mendasar yang tidak pernah dilakukan sepanjang sejarah reformasi
Indonesia.
Jika dilihat dari level kebijakan ekonomi, maka yang
dilakukan Presiden Prabowo hari ini adalah Top of The Top Level. Benar-benar
mengagetkan. Banyak pihak yang dibuat terperanga dan tekaget-kaget antara percaya dan tidak.
Para pengikutnya yang tidak paham, pasti langsung merinding dan asam lambunya
naik. Penyebabnya, banyak bohir-bohir mereka yang lama bakal terkena dampak
kebijakan Presiden Prabowo.
Rezim devisa yang menjadi kebanggan pamain uang kotor dibuat
tidak bisa berkutik. Sebuah kebijakan yang tidak pernah terbayangkan berani dilakukan
oleh pemeritah negara Republik Indonesia sejak merdeka. Selama ini Indonesia
tersandera oleh rezim devisa bebas. Ketika Prabowo menghentikan rezim devisa
bebas, maka berhentilah semua agenda neoliberalisme di Indonesia.
Otomatis berhenti juga kebiasaan lama menikamti liberalsiasi
keuangan dan liberalsiasi perdagangan di Indonesia. Kebiasaan pencurian dan
penggarongan sumber daya alam Indonesia akan terhenti. Berhenti pula berbagai
korupsi dalam perdagangan bebas yang selama ini membuat Indonesia kere.
Rezim devisa bebas merupakan alat beroperasinya seluruh
perampokan sumber daya alam Indonesia. Menjadi alat utama beroperasinya seluruh
praktek pencucian uang di negeri ini. Selain itu, sebagai sarana yang paling
penting untuk oligarki menghindari kewajiban pajak dan kewajiban keuangan
kepada Indonesia.
Pantas saja Presiden Prabowo mengatakan bahwa dirinya siap
mati menghadapi para koruptor. Rupa-rupanya mereka rezim devisa bebas inilah
yang dimaksud. Para bandit yang selama ini sangat berkuasa dan powerfull
mengatur ekonomi Indonesia. Beraksi dengan leluasa tanpa ada yang bisa mencegah
meraka. Namun kali jadi ayam sayur.
Kebijakan berikutnya yang juga berada pada level kedua bidang
ekonomi adalah dideklarasikannya Danantara. Sebuah lembaga untuk
mengonsentrasikan sumber daya keuangan Indoensia yang terpragmentasi. Selama
ini dibelah-belah oleh para oligarki Indonesia supaya gampang dicoleng.
Danantara akan melawan ketergantungan negara kepada para bandit keuangan dan
modal asing.
Lembaga pembiayaan seperti Danantrara adalah pernyataan sikap
Presiden Prabowo. Mengumumkan kepada dunia bahwa ekonomi Indonesia di bawah
pemerintahan Presiden Prabowo tidak akan bergantung kepada siapapun. Tidak
bergantung pada uang dan pasar uang para oligarki. Tidak juga bergantung pada
modal asing. Nah, Rosan Rorlani harus mengerti dan paham pesan ini. Jangan
sampai bingung dan gagal paham.
Selama ini mereka para oligarki menjatah Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN). Sengaja mendesain APBN paket hemat. APBN sengaja
dibuat kecil, agar ekonomi Indonesia terus menghiba kepada para bandit keuangan
dan bandit sumber daya alam. Para bandit ini berkolaborasi dengan para
pengambil keputusan di bidang moneter dan keuangan. Targetnya membuat APBN
dengan paket hemat.
Bayangkan saja. Daya keruk oligarki terhadap sumberdaya alam
yang naik berkali-kali lipat. Sumberdaya alam yang diekspor ke luar negeri
mendapatkan segudang dollar. Sayangnya, setoran mereka kepada APBN tetap
seupil. Tidak berubah dan bertambah dalam satu dekade terakhir. Mengapa
demikian? Semua itu berkat bantuan dari para penguasa moneter dan para penguasa
pajak Indonesia.
Danantara adalah kekauatan ekonomi besar yang baru. Gabungan
kekuatan moneter dan fiskal yang akan menghentikan para bandit keuangan dan
bandit sumber daya alam ini. Danantara memang pada ujungnya akan lebih besar
dari APBN Indonesia selama ini. Lebih besar daya dobraknya dari otoritas
moneter manapun di Indonesia.
Kebijakan ketiga adalah Prabowo memotong anggaran negara atas
nama "efisensi". Tidak ada yang menyangka kebijakan ini berani diambil
Presiden Prabowo. Selama ini ekomomi dipaksa berada dalam keyakinan bahwa APBN
harus selalu defisit. Kalua tidak defisit, maka target pertumbuhan ekonomi
tidak dapat diraih. APBN harus bergantung pada pembiayaan tambahan dari luar
pajak, yaitu utang utang dan utang. Tanpa pembiayaan utang, maka ekonomi tidak
dapat tumbuh.
Semua logika pembenaran agar APBN tetap bikin utang dibangun.
Tujuannya, agar pemerintah terus mengambil utang jumbo. Kalau bikin utang, maka
para makelar utang dan makelar proyek APBN bernyanyi dengan judul lagu ‘’disini
senang disana senang’’. Sekarang sori ye, sori ye kata Presden Prabowo. APBN
yang sudah diijon oleh para makelar proyek dan makelar utang di APBN dibuat
tidak berkutiik.
Para makelar ijon APBN yang dananya telah dipotong di awal,
mendadak banyak yang mengalami vertigo. Para politisi dan makelar sebentar lagi
berhadapan dengan para penagih utang. Akan ditagih uang yang sudah diijonkan
untuk APBN. Kapan proyek APBN yang sudah diijon itu mereka dapat. Apalagi
Prabowo telah mengehentikan semua praktek ijon APBN. Langkah efisiensi akan
terus dilakukan sampai lima tahun ke depan untuk memotong kebiasaan ijon proyek
APBN.
Para ekonomi dan pengamat yang jernih tahu kalau semua
kebijakan Presiden Prabowo akan menghempaskan para oligarki dari puncak
dominasi mereka selama ini. Semua orang juga tau bahwa kebanyakan penyelengara
negara kita telah hidup dalam pemahaman yang sama bahwa ekonomi Indonesia
adalah pasar bebas. Kekuatan ekonomi adalah pajak dan utang. Sementara stabilitas
ekonomi adalah nilai tukar.
Semua instumen yang nyata-nyata adalah persepsi, dipandang
sebagai kenyataan. Anehnya, dipaksa untuk harus diikuti. Untuk merealisasikan
persepsi itu, maka harus ciptakan utang uatang dan utang di APBN. Sekarang mereka melihat Presiden Prabowo
dengan tatapan mata yang kosong. Perasaan mereka hancur seperti hancurnya para
bohir oligarki. Para pejabat meneter dan keuangan Indonesia terperanga antara
percaya dan tidak kepada Presdein Prabowo. Baru sadar kalau Presiden Prabowo paham
dan khatam tenta masalah moneter dan fiskal.
Menghadapi situasi ini, Presiden Prabowo harus membuat
pasukan yang kuat menghadapi dewa linglung ini. Bukan saja para oligarki yang
linglung. Penguasa moneter dan fiskal sudah mersa aman dan nyaman selama ini
juga lingling. Untuk itu, Presiden Prabowo perlu dan segera siapkan pasukan
pemukul, sekaligus pasukan untuk bertahan. Para dewa moneter, fiskal dan
sumberdaya alam memang linglung. Namun mereka juga menyiapkan serangan balik
dadakan. (*)