Anies Baswedan/Ist
JAKARTA — Ceramah mantan Gubernur DKI
Jakarta Anies Baswedan di Masjid ITB dan UGM masih menjadi perbincangan hangat
di masyarakat. Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai
pernyataan Anies baru-baru ini sarat kritikan terhadap pemerintahan Presiden
ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi dan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.
Menurut Adi, kehadiran Anies di berbagai acara tetap menyedot
perhatian publik dan disambut hangat. Bagi banyak orang, Anies tetap menjadi
sosok yang inspiratif meski sudah tak lagi berkiprah di panggung politik.
"Sekalipun Anies itu bukan pejabat publik, bukan
siapa-siapa hanya sebatas rakyat biasa tapi setiap pernyataan-pernyataan Anies
itu sangat quotable, di mana selalu memancing reaksi yang terbelah ada yang pro
dan kontra," kata Adi lewat kanal YouTube miliknya, Minggu 16 Maret 2025.
Namun, di sisi lain, ia juga tak luput dari serangan balik.
Banyak yang menyebutnya sebagai pengangguran politik yang sekadar mencari
panggung dengan menjadikan masjid sebagai tempat menyampaikan kritiknya.
"Kenapa Anies selalu menjadi pembicaraan ya tentu tidak
terlepas dari sosoknya mantan gubernur, yang kedua dinilai sebagai simbol
oposisi," jelas Adi.
Terlepas dari berbagai respons yang muncul, satu hal yang
pasti mantan Capres Koalisi Perubahan itu masih menjadi sosok yang berani
bersuara.
"Yang paling penting adalah pikiran-pikiran kritisnya
yang kemudian selalu memberikan narasi berhadap-hadapan dengan pemerintah di
tengah begitu banyak kekuatan-kekuatan politik yang lebih memilih sami’na wa
atho’na," tandas Adi Prayitno.
Pada saat ceramah di UGM, Anies mengungkapkan bahwa demokrasi
bisa mati ketika aturan main diubah secara sepihak, lawan politik disingkirkan
dari kontestasi, dan wasit (penyelenggara pemilu) dikuasai oleh pihak tertentu.
Anies juga menjelaskan bahwa demokrasi yang sehat ditandai
dengan keberadaan oposisi, pembagian kekuasaan, serta kebebasan berbicara. (rmol)