Jalur Kereta Cepat Australia Siap Dibantu Jepang dalam Pembangunannya
JAKARTA — Jepang siap membantu Australia
membangun jaringan kereta api berkecepatan tinggi. Ketua Asosiasi Kereta Api
Berkecepatan Tinggi Internasional (IHRA), Masafumi Shukuri, menyatakan kesiapannya
untuk membantu Australia mewujudkan rencana tersebut dengan menyediakan
teknologi Shinkansen.
Komentar itu muncul saat pemerintah Australia meninjau
gagasan pembangunan jalur kereta api berkecepatan tinggi di negara tersebut.
"Jika Australia ingin mengadopsi kereta Shinkansen, kami
dapat membantunya dan melakukan transfer teknologi," kata Shukuri, seperti
dikutip RMOL dari Nikkei Asia, Sabtu, 1 Maret 2025.
"Kami dapat memberikan pelatihan untuk mengembangkan
sumber daya manusia dalam pengoperasian dan perawatan kereta api,"
tambahnya.
Shinkansen dirancang untuk menghindari tabrakan, dan
teknologinya dikenal akan keselamatan dan ketepatan waktunya.
IHRA, yang beranggotakan perusahaan seperti Central Japan
Railway, Hitachi, dan Mitsubishi Heavy Industries, bertujuan menjadikan
teknologi ini sebagai standar global untuk kereta cepat.
Taiwan, sebagai negara pertama di luar Jepang yang mengadopsi
teknologi Shinkansen, telah berhasil mengembangkan tenaga kerja lokal untuk
mengoperasikan kereta tersebut. India juga diharapkan memiliki sekitar 1.000
teknisi terampil saat kereta cepat mulai beroperasi di sana.
"Jika diskusi mengenai kereta api berkecepatan tinggi
meningkat di Australia, perusahaan-perusahaan Jepang akan membentuk konsorsium
untuk mempromosikan Shinkansen sebagai pilihan," tambah Shukuri.
Selama 40 tahun terakhir, berbagai ide proyek kereta api
berkecepatan tinggi telah muncul di Australia, namun terhambat oleh populasi
yang relatif kecil dan biaya konstruksi yang tinggi. Namun, Shukuri melihat
potensi di wilayah timur Australia yang lebih padat penduduk.
"Kereta api berkecepatan tinggi dapat memberikan
dorongan ekonomi yang signifikan, seperti pengembangan di sepanjang jalur
kereta," ujarnya.
Biaya konstruksi diperkirakan mencapai ratusan miliar dolar
atau lebih, mengingat tingginya upah di Australia.
"Kami ingin memanfaatkan pendanaan sektor swasta dan
publik serta menciptakan sistem di mana manfaat proyek dapat dikembalikan
melalui mekanisme seperti pajak," jelas Shukuri.
Pada tahun 2023, Australia mendirikan Otoritas Kereta Cepat,
sebuah badan penasihat independen yang diharapkan dapat mengajukan studi
kelayakan bisnis kepada pemerintah secepatnya tahun ini.
"Dukungan bipartisan sangat penting untuk mewujudkan
proyek ini," kata Shukuri.
Hubungan bilateral antara Jepang dan Australia semakin
penting, termasuk dalam aspek keamanan nasional.
"Jika Jepang dapat berkontribusi pada proyek kereta
cepat yang dapat membanggakan masyarakat Australia, kerja sama antara kedua
negara dapat semakin berkembang," demikian Shukuri. (*)