Oleh : M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan.
KEJUTAN memang terjadi mungkin seperti yang dijanjikan.
Sayangnya itu hanya pengakuan dosa di forum Internasional. Adalah di depan
World Government Summit 2025 Dubai 13 Februari 2025 Prabowo mengakui bahwa
Indonesia menghadapi persoalan korupsi yang mengkhawatirkan. Bertekad untuk
mengatasi meski menghadapi perlawanan dari birokrasi dalam pemberantasannya.
Tidak jelas urgensi pidato pengakuan, tekad, dan curhat
korupsi Indonesia di depan forum tersebut. Apa kontribusi bagi negara-negara
dunia dengan keluh kesah tersebut, sekedar harapan ingin dianggap bahwa Prabowo
sebagai figur omong hebat?
Bagi rakyat Indonesia yang dibutuhkan adalah tindakan nyata
bukan omon-omon.
Menurut Prabowo korupsi telah merusak berbagai sektor dan
telah mengakar di Indonesia. Dalam 100 hari kekuasaannya "saya belum mulai
berperang". Lucu juga. Tahukah atau butakah Prabowo bahwa salah satu
penyebab korupsi itu mengakar adalah rezim Jokowi? Prabowo sendiri selama 5
tahun ikut andil di dalamnya. Prabowo juga bukan figur bersih.
Paradoks Indonesia adalah keluhan bahwa korupsi telah
mengkhawatirkan tetapi Prabowo justru melindungi, memuja, dan menganggap Jokowi
itu berjasa. Rezim Jokowi jelas-jelas korup. Bahkan dunia tahu akan hal
tersebut sebagaimana rilis OCCRP yang menempatkan Jokowi sebagai finalis tokoh
korup kelas dunia.
Prabowo sesungguhnya buta atau dibutakan sehingga "gajah
di pelupuk mata tidak terlihat". Jokowi yang maling bahkan perampok
dilihat sebagai orang suci dan pahlawan. Rakyat yang menuntut agar Jokowi
diadili itu justru dalam rangka upaya
memberantas korupsi.
Teriak-teriak Prabowo sampai ke ujung dunia tentang memberantas korupsi, hanya pertunjukan drama
dari kebodohan diri sendiri. Mempermalukan bangsa di mata dunia tanpa agenda
dan langkah nyata. Sementara soal pemangkasan yang dipamerkan di forum tersebut
justru unjuk kemiskinan.
Jokowi sumber korupsi malah dianggap mitra, sahabat, guru
bahkan teman hidup kebahagiannya. Ironi Prabowo ini, tanpa tekad untuk
mendorong pengadilan Jokowi, maka isu memberantas korupsi hanya jadi
main-mainan saja.
Prabowo nampaknya ingin menjadi tontonan sebagai Presiden
terlucu di dunia fantasi.
Pidato menggebu memuja, melindungi, dan mengecam pengkritik
Jokowi di acara Muslimat NU Surabaya telah memupus harapan bahwa Prabowo akan
mampu menjadi singa yang menakutkan para koruptor, mafia, dan perusak
demokrasi. Pada HUT Partai Gerindra Prabowo memekik "Hidup Jokowi".
Sesungguhnya Prabowo bukan saja bermental budak, juga sedang mengejek aspirasi
rakyat.
Pidato di World Government Summit tentang pemberantasan
korupsi menjadi bukti dan saksi bahwa Prabowo sukses meningkatkan diri dari
"tukang omon-omon Nasional" menjadi "tukang omon-omon
Internasional".
Dulu Jokowi juga meningkat dari tukang bohong nasional
menjadi Internasional. Putin dibohongi Jokowi soal pesan Zelensky.
Tanpa mendorong adili Jokowi, bukan mustahil esok akan muncul
isu baru, yaitu adili Prabowo. Prabowo dan Jokowi dikhawatirkan akan menjadi satu paket sebagai musuh rakyat.
"Wo and Wi as a public enemy".
Dan tentu rakyat mampu untuk menumbangkan. Suara rakyat suara
Tuhan--vox populi vox dei.
Bravo Prabowo, tokoh Paradoks Indonesia 2025. (*)