Oleh : M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan
KETIKA Prabowo adalah Jokowi dan Jokowi adalah Prabowo maka
rakyat sudah kehilangan harapan. Bagaimana bisa seorang Presiden tidak peduli
atas kejahatan politik yang dilakukan oleh seorang mantan Presiden. Presiden
Prabowo tidak diberi amanah oleh rakyat untuk melindungi kejahatan hukum yang
dilakukan oleh siapapun, termasuk mantan Presiden Jokowi.
Acara HUT ke 17 Partai Gerindra di Sentul 15 Februari 2025
telah membongkar aib Ketum Partai yang menjadi Presiden Republik Indonesia.
Terlepas bahwa jabatan Presidennya didapat secara halal atau tidak, Prabowo
telah membuat tiga langkah kontroversial yang sekaligus bunuh diri, yaitu :
Pertama, pengakuan bahwa "kita begini" karena
bantuan Presiden ke 7 Jokowi. Makna dalamnya adalah bahwa Prabowo menjadi
Presiden itu atas bantuan Jokowi. Presiden Jokowi saat itu diduga kuat
"all out" menggerakkan aparat, menyimpangkan dana Bansos, merekayasa
Sirekap, serta mengolah lemhaga survey.
Kedua, pengakuan "tulus dan konsisten" bahwa Jokowi adalah guru politik Prabowo. Prabowo
akan selalu berkhidmah dan melindungi guru politiknya. Sejalan dengan
pernyataan di Muslimat NU tentang tidak mau berpisah, menjadi tekad untuk
selalu bersama berdua baik dalam suka maupun duka, sehidup semati, dan cinta sampai ke
ubun-ubun. Wo and Wi.
Ketiga, teriakan histeris Prabowo "Hidup Jokowi"
sama saja dengan pekik "Mati Prabowo". Di tengah arus deras tuntutan
"Adili Jokowi" bahkan "Hukum Mati Jokowi" Prabowo melawan
arus dengan "Hidup Jokowi".
Inilah model bunuh diri Prabowo. Sikap emosional dan kurang peka pada suara
hati nurani rakyat. 100 hari wafatnya aspirasi dan redupnya demokrasi.
Kalimat kasar "Ndasmu" yang ditujukan kepada pengeritik justru menggambarkan kekosongan "Ndasku". Tudingan Prabowo dikendalikan Jokowi itu bersandar pada sinyal-sinyal politik yang dibuatnya sendiri seperti komposisi Menteri, persetujuan personalia Pimpinan KPK, titipan Gibran, mempertahankan Bahlil, tetap dengan RRC, serta pembelaan mati-matian pada Jokowi.
Indonesia dibuat gelap oleh Jokowi. Harapan habis gelap
terbitlah terang hanya angan-angan. Prabowo membuat Indonesia tetap gelap,
bahkan lebih gelap. Tidak tertolong oleh model retreat-retreat. Reatreat
Menteri dan kini Kepala-Kepala Daerah di Akmil Magelang hanya pemborosan uang
negara. Piknik menuju ke ruang gelap-gelapan.
Masyarakat marah, mahasiswa tidak mungkin diam. Ada waktu omon-omon akan mendapat perlawanan dan perlawanan itu pasti semakin serius. Isu bergeser dari sekedar adili Jokowi menjadi adili Jokowi dan makzulkan Prabowo Gibran.
Prabowo adalah Jokowi.
Jokowi adalah Prabowo.
Gibran itu anak Jokowi.
Diasuh oleh Prabowo.
Aku dan kamu bersatu.
Membuat Indonesia gelap dan semakin berdebu. (*)
Bandung, 18 Februari 2025