Gantung Aguan
Oleh : M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan
ADA tiga makna dari judul di atas yaitu Aguan menggantung,
Aguan tergantung, dan Aguan digantung. Aguan menggantung artinya kasus Aguan
akan tidak pasti, tuntas atau tidak. Aguan tergantung adalah tergantung kepada
kemauan dan keberanian politik Prabowo. Sedangkan Aguan digantung itu sanksi
atas perbuatan melanggar HAM berat dan makar atas kedaulatan Negara Republik
Indonesia.
MENGGANTUNG
Jika ungkapan pengacara Aguan ditelan mentah-mentah bahwa
Aguan tidak tahu menahu soal pagar laut di dekat PIK 2 maka itu sama saja
dengan menelan kebohongan yang membuat kasus Aguan menggantung. Demikian juga
ketika fokus hanya kepada pelanggaran Arsin Kades Kohod atau semata si keroco
Lijaya dan Engcun. Guo Zaiyuan alias Aguan akan kipas-kipas..hayaa.
TERGANTUNG
Masalah hukum Aguan tergantung pengambil kebijakan politik.
Prabowo memiliki keberaniankah untuk melepas Aguan atau masih melindungi. Jika
dilindungi maka Aguan hatrick lolos atas dua kasus sebelumnya penyelundupan
barang elektronik dan suap reklamasi pantai Jakarta. Di tangan Prabowo Aguan
kini nasib tergantung.
DIGANTUNG
Aguan patut digantung jika berbasis pada ancaman perbuatan
kolusi, korupsi, dan subversi. Kolusi sesungguhnya sudah pasti, lebih terbuka
jika suap-suap sebagai delik korupsi dikejar, dan yang lebih menjamin hukuman
mati adalah makar membuat negara dalam
negara. Ideologi naga memakan garuda. Pasal 11 KUHP menegaskan bahwa bentuk
hukuman matinya adalah gantung. Aguan layak digantung.
PIK 2 dengan manipulasi PSN dan agenda jahat reklamasi area
pagar laut adalah skandal besar yang tidak boleh menggantung atau tergantung.
Harus tuntas penyelesaiannya, jangan menjadi modus bahwa investasi menghalalkan
segala cara. Moralitas bangsa harus dijaga. Pemain-pemain kapitalis dan komunis
harus dibasmi habis. PIK 2 menjadi uji nyali bagi pembela konstitusi dan
ideologi.
Aguan merupakan teman kolusi Jokowi. Jokowi yang waktu itu
adalah Presiden ternyata hanya ulat pemakan daun, penggerus kekayaan negara.
Ulat itu kemudian menjadi santapan Naga. Indonesia pun dimakan China. China
bahagia bermitra dengan Jokowi dan keluarga. Ia bebas merajalela melalui
agen-agen Naga yang ada di Indonesia. Setahap demi setahap mengubah Negara
Pancasila menjadi Negara Mafia.
Ketika pilihan hanya tiga menggantung, tergantung atau
digantung, maka pembenahan untuk memajukan Indonesia harus dimulai dari solusi
strategis, yaitu digantung. Bermitra dengan Aguan bukan bersimbiosis mutualisme
tetapi simbiosis parasitisme. Aguan adalah parasit bangsa. PIK 2 menjadi
fenomena bahkan fakta yang nyata.
Agar Prabowo juga tidak menjadi parasit bangsa, maka lepaskan Aguan, bila takut atau tidak mampu menghukum di dalam negeri maka deportasi saja ke negeri bamboo curtain atau tirai bambu. Protozoa Plasmidium adalah parasit yang membuat malaria. Indonesia kini sedang sakit demam, panas dingin akibat digigit nyamuk-nyamuk China. Nyamuk durjana itu membawa malapetaka bagi Indonesia. (*)