Koordinator KSST, Ronald Loblobly (tengah)
JAKARTA — Pimpinan baru Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) diminta mengusut laporan dugaan tindak pidana korupsi lelang
barang rampasan korupsi berupa saham di PT Gunung Bara Utama (GBU) yang
menjerat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung,
Febrie Adriansyah.
Koordinator Koalisi Sipil Selamatkan Tambang (KSST), Ronald
Loblobly mengatakan, pimpinan KPK yang baru saat ini memiliki komposisi yang
komplet dan lengkap. Di dalamnya terdapat unsur penegak hukum dan auditor,
sehingga bisa mengkaji kasus tersebut dengan komprehensif.
"Harusnya bisa lebih memiliki taji dalam memimpin
lembaga ini," kata Ronald kepada wartawan, Senin 20 Januari 2025.
Ronald menilai, apa yang diduga dilakukan Febrie dan
pihak-pihak terkait yang terlibat merupakan musuh negara karena telah bertindak
koruptif.
"Apalagi kalau itu ada di dalam institusi penegakan
hukum juga. KPK harus mampu berbuat banyak. Jadi, pimpinan sekarang ini harus
bisa membuktikan bahwa diri mereka independen, kompeten, dan profesional dalam
melaksanakan tugas pemberantasan korupsi," tegas Ronald.
Oleh karena itu, Ronald berharap, laporan yang telah
dilayangkan pihaknya dapat diusut tuntas secara transparan. Semua pihak yang
terlibat dan berpraktik menyalahgunakan kewenangan dan jabatannya diharapkan
dapat diproses hukum.
"Marwah KPK sebagai lembaga antirasuah harus selalu
menjadi garda terdepan pemberantasan korupsi, terutama yang bersembunyi dan
berkedok di balik seragam dan kedudukannya dalam penegakan hukum," tutur
Ronald.
Pada Senin, 27 Mei 2024, KSST melaporkan Jampidsus Febrie
Adriansyah, hingga pejabat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) ke KPK.
KSST merupakan koalisi gabungan dari beberapa organisasi
masyarakat, seperti Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI), Jaringan Advokasi
Tambang (Jatam), Indonesia Police Watch (IPW), dan praktisi hukum seperti
Deolipa Yumara.
KSST menduga ada perbuatan rasuah dalam pelaksanaan lelang
barang rampasan benda sita korupsi berupa satu paket saham PT GBU.
Saham tersebut merupakan rampasan dari kasus korupsi asuransi
PT Jiwasraya yang dilelang Pusat Pemulihan Aset (PPA) Kejagung pada 18 Juni
2023 dan dimenangkan PT Indobara Putra Mandiri (IUM).
Dalam sebuah dialog publik yang digelar di Jakarta pada Mei
2024 lalu, KSST dan sejumlah tokoh pegiat antikorupsi sepakat mendorong KPK
mengusut dugaan penyalahgunaan wewenang dan/atau persekongkolan jahat dan/atau
tindak pidana korupsi dalam pelaksanaan lelang tersebut.
Mereka yang saat itu hadir di antaranya, Boyamin Saiman dari
MAKI, Faisal Basri dari Indef, Sugeng Teguh Santoso dari IPW, dan Melky Nahar
dari Jatam. Mereka sepakat KPK turun tangan karena diduga ada kerugian negara
dalam pelaksanaan lelang barang rampasan benda sita korupsi berupa 1 paket
saham PT GBU oleh Pusat Pemulihan Aset (PPA) Kejagung RI dimenangkan PT IUM.
"Harga limit mendapat persetujuan Jampidsus Kejagung RI,
yang diduga mengakibatkan terjadinya kerugian negara sedikitnya Rp9 triliun,
serta menyebabkan pemulihan aset megakorupsi Jiwasraya dalam konteks pembayaran
kewajiban uang pengganti terpidana Heru Hidayat sebesar Rp10,728 triliun
menjadi tidak tercapai," kata Koordinator Masyarakat Anti Korupsi
Indonesia (MAKI), Boyamin Saiman, dalam paparannya saat itu.
Dugaan tindak pidana korupsi tersebut patut diduga
menggunakan modus operandi mark down nilai limit lelang. Di mana, nilai pasar
wajar atau fair market value 1 paket saham PT GBU pada kisaran Rp12 triliun,
direndahkan menjadi Rp1,945 triliun, yang memperkaya AH, mantan narapidana kasus
korupsi suap, pemilik PT MHU dan MMS Group. AH, BSS, dan YS merupakan
Beneficial Owner dan/atau pemilik manfaat PT IUM sebenarnya.
"Kasus ini diperparah lantaran ternyata uang PT IUM
untuk membayar lelang bersumber dari pinjaman PT Bank BNI Cabang Menteng, dengan pagu kredit senilai
Rp2,4 triliun," kata Faisal Basri saat itu.
Tahapan dugaan pidana korupsi bermula tatkala Kapus PPA
Kejagung berencana akan melaksanakan lelang barang rampasan benda sita korupsi
berupa 1 paket saham PT GBU sebanyak 1.626.383 lembar saham, yang terdiri dari
409.642 lembar saham milik PT Black Diamond Energy sesuai sertifikat/surat
kolektif saham nomor 1 tanggal 5 Juli 2019.
Selanjutnya, 1.216.741 lembar saham milik PT Batu Kaya
Berkat, sesuai sertifikat/surat kolektif saham nomor 2 tanggal 5 Juli 2019.
Kemudian, 10 hari sebelum penjelasan lelang atau aanwijzing
pertama yakni pada 9 Desember 2022, AH diduga mendirikan PT IUM, sebagai
persiapan lelang dengan menunjuk sejumlah nominee yang tidak memenuhi
kualifikasi dari aspek personality dan party untuk duduk selaku direksi,
komisaris, dan pemegang saham di perseroan dengan diatasnamakan PT MPN dan PT
SSH.
Nominee VN, yang menjabat sebagai pemegang saham 99,9 persen
PT MPN dan PT SSH misalnya, berdasarkan laporan pajak pribadi tahun 2022,
ternyata hanya memiliki harta kekayaan sebesar Rp137 juta, dan mempunyai utang
kredit sebuah sepeda motor seharga Rp20 juta.
VN pun diketahui memiliki hubungan istimewa tertentu dengan
AH. Ayah VN bernama RN puluhan tahun bekerja sebagai satpam di keluarga AH.
Pada 2015, VN tercatat menjadi nominee AH dalam skandal Panama Papers,
sebagaimana list pada urutan nomor 975. AH, YS, BSS bersama-sama RBT dan HM,
tersangka korupsi tata niaga timah yang juga adalah pemilik PT MHU. (rmol)