Jokowi didampingi keluarga. Yakni, sang istri Iriana, Gibran Rakabuming, Kahiyang Ayu, Kaesang Pangarep, dan Bobby Nasution yang menggendong Sedah Mirah
JAKARTA — Politikus PDIP, Mohamad Guntur
Romli, tiba-tiba melontarkan kritik tajam kepada Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK). Kali ini, kritik Guntur Romli terkait kasus yang menyeret nama Presiden
ke-7 RI, Jokowi, dan keluarganya.
Guntur Romli mengatakan KPK tidak bertindak meski nama
Jokowi, anak, dan menantunya disebut dalam sejumlah sidang kasus korupsi besar.
Guntur Romli mencontohkan nama Jokowi yang disebut dalam sidang mantan Direktur
Utama PT.Pertamina Karen Agustiawan, kasus Syahrul Yasin Limpo, dan Johnny Plate.
Selain itu, nama anak dan menantu Jokowi, Kahiyang Ayu dan
Bobby Nasution, juga muncul dalam dugaan penyelundupan bijih nikel di Medan.
“Laporan terkait dugaan kerugian negara triliunan, seperti
yang dilaporkan oleh Ubedilah Badrun, tidak ditindak oleh KPK," kata
Guntur Romli dalam keterangannya di aplikasi X @GunRomli (8/1/2025).
"Kenapa? Karena komisioner KPK saat ini dipilih dan
ditetapkan oleh Jokowi,” sambung dia.
Ia juga menuding KPK saat ini lebih menjadi alat politik
kekuasaan, sehingga kasus-kasus yang berpotensi menyeret lingkaran Presiden
tidak mendapat perhatian.
Sebaliknya, Guntur menyoroti kasus Hasto Kristiyanto, Sekjen
PDIP, yang disebut sebagai bentuk kriminalisasi.
“Hasto bukan pejabat publik, tidak ada kerugian negara dalam
kasusnya. Tapi dia menjadi target hanya karena bersikap keras terhadap Jokowi
dan keluarganya,” tambahnya.
Sebelumnya, setelah Jokowi dinobatkan sebagai salah satu pejabat
paling korup di dunia oleh OCCRP, berbagai tokoh publik dan pendukungnya
berlomba-lomba membela.
Setelah Arief Poyuono (Gerindra), Irma Suryani (NasDem), dan
Muhammad Romahurmuziy (PPP), kini giliran Ketua Biro Ideologi dan Kaderisasi
DPW PSI Bali, Dedy Nur, yang angkat bicara.
Selain Jokowi, terdapat lima pemimpin dunia yang masuk dalam
nominasi tersebut.
Di antaranya, Presiden Kenya William Ruto, Presiden Nigeria
Bola Ahmed Tinubu, Mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, hingga
pebisnis India Gautam Adani.
Sementara di urutan pertama adalah Presiden Suriah Bashar
al-Assad yang kini lari ke Rusia.
Sekadar diketahui, OCCRP merupakan organisasi jurnalisme
investigasi dunia yang fokus pada isu korupsi dan kejahatan terorganisasi.
Tempo salah satu media yang menjalin kolaborasi dengan OCCRP.
Menurut Dedy, tuduhan ini adalah bagian dari konsekuensi atas
kecanggihan Jokowi dalam berpolitik.
"Jokowi memang politisi canggih, itulah mengapa serangan
roket jenis fitnah, hoax dan informasi palsu selalu datang silih
berganti," ujar Dedy dalam keterangannya di aplikasi X @DedynurPalakka
(2/1/2025).
Blak-blakan, Dedy mengatakan bahwa serangan yang bertubi-tubi
ke arah Jokowi merupakan buntut dari efek kecanggihan dirinya.
"Itu semua adalah efek samping dari kecanggihan beliau
dalam berpolitik. Ini terlepas dari sentimen suka atau tidak suka, karena fakta
canggih itu tidak berpihak ia faktual," sebutnya.
Dedy menilai serangan tersebut tidak lebih dari tuduhan palsu
yang sulit dibuktikan.
"Ini namanya tuduhan palsu, karena uang itu ada
dimana-mana, bukan hanya ada dalam angan-angan," cetusnya.
Dedy juga menyoroti bahwa banyak istilah negatif yang
terlanjur menempel pada Jokowi di mata publik.
"Silakan saja buktikan bahwa tuduhan dari lembaga
Internasional itu benar, jika tidak pun artinya label, cap, dan beragam istilah
yang dialamatkan ke Jokowi sudah terlanjur menempel dalam kesadaran banyak
orang," tandasnya.
Namun, Dedy mengajak publik untuk mencermati reaksi Jokowi
terhadap tudingan tersebut.
"Tapi, yang penting kita baca adalah reaksi orang yang
kena tuding, apakah dia panik atau malah terpantau bodo amat dengan semua
tuduhan itu," kuncinya. (fajar)