Prabowo dan Gibran
JAKARTA — Pemilihan presiden 2029 membuka
ruang bagi banyak tokoh untuk bersaing sebagai calon presiden dan wakil
presiden. Hal itu terjadi setelah Mahkamah Konstitusi (MK) menghapus syarat
ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 persen.
"Secara prosedur demokrasi, dampak dari putusan MK ini
semestinya akan begitu banyak calon-calon alternatif dalam pilpres," kata
Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno kepada awak media, dilansir
jpnn, Jumat (3/1).
Namun, kata dia, putusan MK terasa percuma dalam menghadirkan
banyak capres apabila Presiden RI Prabowo Subianto maju berkontestasi pada
2029.
Menurut Adi, partai yang sebenarnya bisa mengusung kandidat
sendiri akan menghitung ulang dukungan jika Prabowo maju pada Pilpres 2029.
"Rasa-rasanya sekali pun partai peserta pemilu boleh
memajukan calon presiden dan wakil presiden, mereka enggak mungkin, ataupun
takut mengajukan calon, karena pastinya takut bersaing dengan Prabowo,"
lanjut dia.
Adi beranggapan partai akan kesulitan menang kontestasi
politik melawan Prabowo yang berstatus petahana.
"Partai itu sulit melawan Prabowo yang sudah dinilai
mungkin akan mudah untuk memenangkan pertarungan yang kesekian kalinya,"
ujar dia.
Adi menilai putusan MK pada akhirnya membuat sosok Wapres RI
Gibran Rakabuming Raka yang punya peluang besar melawan Prabowo pada 2029.
"Adanya ambang batas presiden yang dihapuskan oleh MK,
semestinya orang-orang seperti Gibran yang ingin naik level politiknya, bukan
lagi mengincar posisi wapres lima tahun yang akan datang," ujar dia.
Toh, kata Adi, Gibran punya bekal untuk maju sebagai Capres
2029. Selain berstatus pemimpin Indonesia, eks Wali Kota Solo itu bakal
didukung Presiden ketujuh RI itu Joko Widodo (Jokowi).
"Gibran yang bekal politiknya besar, hebat, anak Jokowi
begitu, ya, sekarang wapres, bisa maju itu pas 2029, bisa melawan siapa pun,
termasuk melawan Prabowo Subianto," lanjutnya.
Dia juga mengatakan Gibran tidak akan kesulitan mencari
partai pendukung karena bakal disokong oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
yang dipimpin Kaesang Pangarep.
"Gibran enggak perlu capai-capai mencari partai besar
seperti Golkar atau Gerindra. Gibran cukup misalnya meyakinkan PSI, mengingat
PSI selama ini sangat dekat dengan Jokowi, dekat dengan Gibran, dan Ketua Umum
PSI itu Kaesang," ujar Adi. (fajar)