Kedai Kopi Matin yang kerap dikunjungi saat mudik ini letaknya tak jauh dari kediaman orang tua Andra Soni. (foto: sanca)
PAYAKUMBUH — Kediaman orang tua Andra Soni
Gubernur Banten terpilih yang berasal dari Jorong Pincuran Gadang, Nagari
Andaleh, Luak, Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, berjarak 120 KM dari Kota
Padang, ibu kota Provinsi Sumatera Barat.
Inspirasi bagi
masyarakat sekitar
Berbagai cerita menarik mengiringi masa kecil Andra Soni hingga ia menjadi orang nomor satu di tanah jawara, Banten.
Dari sejumlah sahabat masa kecil Andra Soni serta adik bungsunya Purwaningsih beserta suami kini dipercaya mengelola sebuah heller atau penggilingan padi dan peternakan kambing di kampung halamannya.
Wawancara Jurnalis Indopos.co.id Yasril Chaniago di Kedai Kopi Matin, sahabat masa kecil Andra Soni (foto: sanca)
Bermula saat Matin bercerita tentang Andra Soni yang dibawa
orang tuanya ke luar negeri menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal ke
Malaysia saat berusia 5 tahun, berjualan es bonbon keliling negeri jiran,
hingga menjadi kurir pengantar surat dan mendirikan perusahaan ekspedisi di
Tangerang.
“Ketika di Malaysia, pulang sekolah Andra mengajak saya ikut
berkeliling berjualan es bonbon yang diambil dulu dari seorang warga Melayu di
sana,” kata Matin.
Menurut Matin, kisah Andra seperti Barack Obama yang
menghabiskan masa kecilnya di Menteng, dan saat ia menjadi Presiden Amerika,
tempat itu masih menjadi kebanggaan warga Menteng. Begitu pula dengan Andra.
“Meski hanya 5 tahun sejak lahir tinggal di sini, namun saat
beliau menjadi ketua DPRD Banten dan kini terpilih sebagai Gubernur Banten,
tetap menjadi kebanggan bagi kami di sini,” ucap Matin, teman masa kecil Andra
Soni yang juga merantau ke Malaysia.
Matin yang kini membuka usaha warung kopi tak jauh dari
kediaman orang tua Andra Soni itu menceritakan, sejak kecil Andra sudah
memperlihatkan jiwa seorang pemimpin, penolong dan tidak mau merepotkan orang
lain.
”Dulu kalau ada teman-temannya yang disakiti oleh orang lain,
dia yang paling depan untuk membela,” tuturnya.
Matin mengaku pernah diberi modal usaha oleh Andra Soni untuk
berjualan kaki lima di Jakarta, dan sempat akan dibukakan usaha barbershop di
sebuah ruko di Tangerang.
”Karena saya mungkin kurang hoki dalam berdagang, sehingga
saya memilih untuk pulang kampung,” kata Matin.
Ia mengaku tidak mengetahui di mana Andra Soni melanjutkan
pendidikan hingga menjadi sarjana, kerena sejak Andra memutuskan pulang ke
Indonesia dari Malaysia saat berusia 12 tahun untuk melanjutkan pendidikan ke
SMP sempat lost contact.
“Saya kontakan lagi dengan Andra itu, setelah dia menjadi seorang manajer di sebuah perusahaan dan sukses membuka perusahaan ekpedisi sendiri,” kata Matin.
Baca juga : Anak Petani Payakumbuh, Andra Soni Jadi Gubernur Banten
Meski hanya 5 tahun menetap di kampung halamannya saat masih kecil, namun Andra tak pernah melupakan kampung halamannya.
Setiap ada kegiatan hari besar keagamaan dan peringatan hari besar nasional, Andra Soni selalu ikut berpartisipasi membantu kegiatan tersebut.
Tak hanya itu, sesekali Anda Soni pulang kampung menengok
orang tuanya. Andra selalu membaur dengan warga dan suka nongkrong di warung
kopi milik Matin bersama warga.
“Kalau Andra pulang kampung, dia suka nongkrong di sini dan
malamnya kami ‘begadang’ bakar itik bersama warga,” cerita Matin yang diamini
oleh sejumlah warga setempat.
Lain lagi cerita Purwaningsih, adik bontot Andra Soni, anak dari pasangan Zainal Abidin dan Yasni (almarhumah) dari suku Piliang ini.
Purwaningsih yang bersuamikan orang Betawi ini menceritkan,
sejak kecil orang tuanya suka berpindah-pindah tempat tinggal untuk menghidupi
keluarga.
“Menurut orang tua, kerena tidak ada biaya persalinan saya
ini lahir di kandang sapi, saat orang tua saya berjualan gorengan di Nagari
Limbanang, Sulika, Limapuluh Kota,” kenang Purwaningsih.
Karena sulitnya kehidupan di kampung halaman, memaksa orang
tua Andra Soni mengikuti jejak temannya merantau ke Malaysia sebagai buruh
perkebunan sawit dengan mengajak serta Andra Soni.
”Jadi yang pertama pergi merantau ke Malaysia itu adalah
bapak saya dan bang Andra. Setelah mereka dapat rumah kontrakan di sana baru
kami bersama ibu menyusul,” kata Purwaningsih.
Meski Purwaningsih adalah adik kandung dari Andra Soni, namun
Ningsih tidak mengetahui di mana Andra Soni melanjutkan pendidikan di Jakarta.
”Ketika bang Andra pulang ke Indonesia, dia tinggal bersama
kakak perempuan kami di Ciledug,Tangerang, dan bersekolah di Jakarta Selatan,”
ungkap Ningsih.
Jurnalis Indopos.co.id Yasril Chaniago bersama suaminya
Purwaningsih, orang Betawi di kampung Andra Soni (foto: sanca)
Kini Ningsih dan suaminya dipercaya oleh Andra Soni untuk
menetap di kampung halamann sekaligus merawat orang tua mereka yang sudah
sepuh, karena 5 saudara lainnya hidup di rantau termasuk dua kakak Andra Soni
yang hingga kini masih menetap di Malaysia.
“Untuk usaha di kampung ini, saya dibelikan kambing 20 ekor
oleh bang Andra, dan meneruskan usaha heller ibu yang juga dibelikan oleh bang
Andra,” ungkap Ningsih.
Diketahui, Andra Soni adalah seorang anak dari keluarga
petani yang kurang beruntung secara ekonomi. Pria kelahiran 12 Agustus 1976 ini
berasal dari sebuah desa kecil di Indonesia yang mana masyarakat di desa
asalnya itu rata-rata bekerja sebagai petani.
“Jadi orang tua saya, ibu dan bapak saya, kami tinggal di
desa kecil atau dusun kecil di suatu daerah dan orang tua saya bertani atau
petani, karena memang di kampung kami rara-rata mengandalkan hidup dari
bertani,” kata Andra Soni.
Andra Soni menjelaskan, kondisi perekonomian membuat sebagian masyarakat desa memilih untuk merantau, termasuk dirinya yang ikut bersama orang tuanya.
Saat berusia lima tahun, Andra ikut pergi bersama orang tuanya merantau ke Malaysia menjadi buruh kelapa sawit yang berangkat secara ilegal.
Perjalanan ke Negeri Jiran pun menjadi sebuah perjalanan yang dikenang sepanjang hidup pria berkulit sawo matang itu.
Meski berstatus ilegal
di Malaysia, Andra Soni tetap diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan
oleh pemerintah setempat.
“Saya sempat sekolah di sana sebagai anak dari pekerja tanpa dokumen, kalau dulu kasar sekali disebutnya ‘pendatang haram’. Jadi kecil saya sering berkelahi sama teman-teman seusia saya karena sering di-bully sebagai ‘pendatang haram’. Saya sekolah sampai kelas 5 SD, di hari libur biasanya saya bantu orang tua saya untuk memungut biji kelapa sawit,” ucapnya.
Setelah selesai menamatkan pendidikan di bangku SD, Andra Soni tak bisa melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena terbentur kelengkapan dokumen.
Karena itu, Andra Soni terpaksa harus
pulang ke Indonesia ikut bersama sang kakak di Ciledug, Tangerang, Banten.
Rumah
sederhana orang tua Andra Soni, di Jorong Pincuran Gadang, Desa Andaleh, Luak,
Kabupaten Limapuluh, Kota Sumatera Barat (foto: Ryan Dake)
Perubahan drastis terjadi saat memasuki bangku kelas dua SMP, Andra Soni diangkat sebagai anak oleh orang tua angkatnya yakni Raden Muhidin Wiranata Kusuma.
Sebagai anak angkat, Andra Soni dididik dan diperlakukan
dengan sangat baik, termasuk memenuhi kebutuhan pendidikannya hingga lulus SMA.
Singkat cerita, Andra Soni pun terpaksa tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi karena alasan biaya.
Ia pun
bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta, yang mana gaji yang diterima itu
dikumpulkan untuk mendaftar kuliah di STIE Bakti Pembangunan program Diploma
III.
Perjalanan di masa kuliah Andra Soni pun tidak mulus, proyek
yang tengah digarap perusahaan tempat dirinya bekerja harus terhenti akibat
krisis moneter. Alhasil, terpaksa ia harus cuti dari kuliah di semester tiga.
Setelah itu, Andra Soni pindah bekerja di perusahaan lain
sebagai kurir surat atau tukang antar surat. Di tengah kesibukannya sebagai
kurir surat, Andra Soni kembali melanjutkan kuliahnya meskipun beberapa kali
terpaksa cuti kembali.
“Saya kerja sambil kuliah dan beberapa kali saya harus cuti,
sehingga Diploma III saya selesai baru tahun 2001, saya kuliah 1996,” imbuhnya.
Sementara itu, karier Andra Soni di tempat kerjanya terus
meningkat mulai dari posisi sales, kepala cabang, marketing manajer, hingga
kemudian dipromosikan menjadi manajer.
Di tengah perjalanannya, Andra pun berniat untuk membangun perusahaannya sendiri.
Bermodalkan niat dan dukungan serta motivasi dari sang istri, ia pun membangun perusahaan ekspedisi sendiri bernama PT Antaran Sukses Express (AS Express), yang mana kata “AS” merupakan inisial namanya Andra Soni.
Secara perlahan dengan jerih payahnya, perusahaannya pun memiliki perwakilan di
sejumlah negara.
Seiring berkembangnya usaha dan lingkungan, Andra Soni pun
memutuskan untuk terjun ke dunia politik untuk menjadi calon anggota legislatif
dari Partai Gerindra pada Pemilu 2014, dan berhasil lolos dengan perolehan
suara yang cukup memuaskan.
Dalam perjalanan karier di dunia politik, Andra Soni diangkat sebagai Sekretaris DPD Gerindra Banten mendampingi Desmond J Mahesa.
Kemudian,
Andra Soni ditunjuk sebagai Ketua DPD Gerindra Banten menggantikan Desmond J
Mahesa, yang wafat pada 24 Juni 2023.
Keberuntungan pun kembali terjadi saat Pemilu 2019, Andra
Soni terpilih kembali. Ia pun direkomendasikan menjadi Ketua DPRD Provinsi
Banten periode 2019-2024.
Saat ikut dalam kontestan Pilkada Banten berpasangan dengan Dimyati Natakusumah suami dari Bupati Pandeglang Irna Narulita,Andra Soni terpilih sebagai Gubernur Banten mengalahkan pasangan Airin Rachmi Diany dan Ade Sumardi. (ys/sanca)