Oleh: Sutoyo Abadi
| Koordinator Kajian Politik Merah Putih
Etnolog Belanda Profesor Veth pernah mencela rakyat negeri
ini seperti “rakyat kambing yang semangat harimaunya sudah dijinakkan sampai ke
kutu-kutunya, karena bekerjanya obat tidur penjajahan”
Lemahnya mentalitas bangsa ini yang mudah dipecah-belah
berdasarkan pendapat-pendapat ilmuwan mereka yang berkesimpulan kita adalah
“bangsa yang paling lunak di dunia” .
Sun Yat Sen mengatakan : bangsa Indonesia adalah bangsa yang
tidak punya keinginan untuk membebaskan diri dari penindasan ibarat “a sheet of
loose sand”. Bagaikan pasir yang meluruk dan rapuh. Tiada keteguhan, sehingga
mudah ditiup ke mana-mana
Berawal dari Proyek Strategis Nasional (PSN) pada masa
pemerintahan Jokowi ternyata itu tipuan yang sebenarnya Proyek Strategis
Oligarki (PSO) bukan untuk kesejahteraan rakyat tetapi untuk menerkam, menindas
dan menjajah rakyat Indonesia.
Peristiwa penindasan oleh PSO
sudah sampai pada menjual kedaulatan negara. Betapa dahsyatnya mantra
Oligarki sehingga rakyat meskipun berkali-kali tertipu dan terperosok di lubang
yang sama. Rela mengorbankan dirinya sebagai budaknya dan menjalankan perintah
majikannya sekalipun harus menghabisi dan memangsa temannya sendiri sesama
pribumi.
Penindasan tidak muncul secara fisik dari kekuatan figur
personal tuan tuan Taipan tetapi dimunculkan
dari penguasa / para pejabat pemerintahan yang sudah menjadi budak atau piaraan mereka.
Penguasa di Indonesia sesungguhnya adalah para kapitalis
oligarki. Merekalah mengendalikan politik dan ekonomi negara. Otomatis mereka menguasai semua jaringan penyelenggara dan
pengelola negara.
Kekuasaan Oligarki makin gila dan tak terkendali mampu
menyatukan bersatunya Bandit - Bandar dan Badut Politik organik dengan Bandit,
Bandar dan Badut politik non-organik,
adalah gambaran peta perselingkuhan dan pelacuran politik yang luar biasa
dahsyat melibat semua jejaring kekuasaan masuk dalam kolam yang sama.
Rezim ini lumpuh total dipengaruhi dan dikuasai oleh
kapitalis yang merupakan persekongkolan
(conspiracy), para Taipan, korporatokrasi (penghancur lingkungan alam dan
sosial ), sembilan barongsai, oligarki, gorilla betina merah, dan neo
kolonialisme. Mereka bersekongkol utk berkuasa secara absolut, bagi kehancuran
bangsa dan NKRI.
Meluluh lantakan peran dan fungsi hampir di semua institusi
dan lembaga negara dalam satu kekuasaan dan genggaman Oligarki.
The Faunding Fathers membentengi kaum pribumi dengan UUD 45
dan Pancasila karena sadar betul, adanya
kesepakatan kaum pribumi di kenal dengan nama TRILOGI PRIBUMISME untuk
mencapai Bonum Pubicumm (kemakmuran bersama), berisi : "Pribumi Pendiri
Negara, Pribumi Pemilik Negara dan Pribumi Penguasa Negara"
Kaum pribumi harus sadar penjajah saat ini lebih kejam dari
penjajah kolonial.. bangkit - bangkit
dan bangkitlah melawan. Tolak semua
proyek PSN (PIK 1 dan 2 dll) usir para
Taipan dan TKA Cina dari bumi Indonesia.
“Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan
mengemis, kita tidak akan minta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu
diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetapi
merdeka, daripada makan bestik tapi budak.” (Soekarno). (*)