Oleh: M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan
DALAM sejarah terjadi pertempuran antara bangsa Amaliqah dipimpin Raja dan Panglima Jalut (Goliath) yang menguasai dan menjajah Palestina dengan Bani Israel dipimpin Raja Thalut bersama rekrutan prajurit bernama Daud. Pasukan Thalut berjumlah sedikit dibanding Jalut. Demikian juga secara fisik antara keduanya timpang. Dalam perang tanding Jalut melawan Daud, Jalut secara mengejutkan kalah dan tewas. Daud menjadi pahlawan dan kelak menjadi Raja.
Dalam kasus PIK 2 bukan bermaksud menjadikan Said Didu
sebagai Raja akan tetapi pertarungan antara Said "Daud" dan Aguan
"Jalut" menjadi menarik. Sulit mengabaikan ada kepentingan Aguan dari
pelaporan Said Didu oleh Kades Belimbing. Ia harus repot memenuhi panggilan
Kepolisian untuk pemeriksaan. Said Didu menyalak dengan membongkar
penyelundupan hukum Aguan dalam PIK 2.
Menurut Didu, Aguan harus diproses hukum karena memanipulasi
dan menyerobot program PSN. Status PSN
yang hanya untuk kawasan wisata diklaim termasuk perumahan dan lainnya.
Fasilitas PSN PIK 2 pun dimanfaatkan untuk PIK 1 hingga PlK 11 dengan pola
penggabungan. Akal-akalan Aguan mendapatkan tanah kurang lebih 100 ribu hektar dengan harga yang sangat murah. Ini
namanya zalim dan kejahatan berfasilitas PSN.
Pasukan Said Didu adalah rakyat tertindas dan para aktivis
yang bergerak tanpa fasilitas. Bermodal katapel teriakan suara keadilan dan
kebenaran. Dengan semangat tinggi, mengerahkan tenaga, serta dibarengi do'a
mengarahkan sasaran pada kepala Jalut yang arogan.
Aguan Jalut atau "Goliath" dipastikan dapat
membiayai apa dan siapapun. Pasukan besarnya terdiri dari pejabat, aparat,
pemuda bayaran, atau kepala desa yang diperalat. Semua mampu dikerahkan untuk
berperan sebagai perampok tanah-tanah rakyat. Bercitra kawasan untuk
menyuburkan investasi demi kesejahteraan rakyat. Bagus sekali meme "Jokowi
sukses menyejahterakan rakyat serta
membuka lapangan kerja bagi rakyat..China !".
Kriminalisasi Said Didu adalah tampilan dari kejahatan
penguasa dengan bersenjata hukum untuk membela pengusaha China. Nekad
membungkam kritik demi uang dan uang. Disinilah kongkalikong penguasa dengan
penguasa dalam mengatur bangsa. Penguasa dapat duit, pengusaha dapat fasilitas.
PSN hanya satu contoh kecil. Hukum yang dimiliki penguasa membantu pengusaha.
Indonesia telah terjebak dalam jaringan kerja mafia. Tanpa
perubahan Indonesia semakin miskin dan memilukan. Prabowo di KTT G 20 Brazil
mempermalukan bangsa dengan laporan 25 % rakyat Indonesia yang kelaparan.
Pendekatan tambal sulam atau evolusi untuk perubahan sangat belepotan. Hanya
dengan revolusi maka koalisi pengusaha dan penguasa dapat dieliminasi. Kolusi
Naga dan imitasi Garuda harus dibasmi.
Pertarungan Said "Daud" dengan Aguan
"Goliath" hanya permulaan saja. Membaca ibrah sejarah maka pasukan
kecil, lemah tetapi bersemangat dan beriman dapat mengalahkan pasukan besar,
kuat tetapi abai terhadap nilai moral dan agama. Dikalahkan, dihancurkan dan
digantikan.
Dimana Prabowo berada ? Terserah pada pilihannya sendiri. Mau
bersama Daud atau Jalut (Goliath), bersama rakyat atau konglomerat, menang
gemilang atau kalah sebagai pecundang ?
Sebaiknya ia sering membaca kisah-kisah dalam Kitab Suci,
agar faham tentang makna dari kebahagiaan abadi. Bukan hidup untuk sekedar
memenuhi ambisi. Rugi dan menyesal di alam nanti.
"Yaa laitahaa kaanatil qoodiyah, maa aghnaa anni maaliyah, halaka anni sulthooniyah,
hudzuuhu wa ghuluuhu, tsummal jahiima sholuuhu"
(Aduh celaka kematian ini, tidak berguna kekayaanku, telah
hilang kekuasaanku, tangkap dan belenggulah tangan di lehernya, kemudian
masuklah ke dalam neraka yang menyala nyala)--QS Al Haqqoh 27-31. (*)