Oleh: M Rizal Fadillah
| Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Rekam jcejak unik untuk tidak menyebut buruk menjadi
pengkhianat keluarga dan Istana di masa pemerintahan Soeharto. Prabowo tidak
disukai bahkan dianggap anak bandel sehingga terpaksa hengkang ke Yordania.
Dengan Titik Soeharto pun akhirnya ia harus bercerai. Ada watak buruk dalam
pandangan keluarga Istana.
Berkhianat atas jati diri prajurit TNI telah mencoreng
dahinya. Seorang yang pernah menjabat Danjen Kopassus dan Panglima Kostrad
harus dipecat dari status ketentaraan dalam TNI. Adalah nama-nama yang
merekomendasi pemecatan antara lain Subagyo HS, Agum Gumelar, Wiranto, dan SBY.
Prabowo berkhianat pada rakyat khususnya rakyat pendukung.
Timbul tenggelam bersama rakyat adalah teriakan yang masih menggema. Ketika
"belok" menjadi pembantu Jokowi, maka rakyat dibiarkan tenggelam
Prabowo timbul sendirian. Ulama yang pernah "berijtima" mendukung
ikut dikhianati. Kasus KM 50 tidak dipedulikan.
Sebelum diputus MK menang dalam gugatan Pilpres, Prabowo
dipanggil Xi Jinping ke Beijing entah
mendapat arahan apa, yang jelas MK memenangkan saat ia kembali. Kini setelah
dilantik Prabowo "diundang" kembali ke Beijing jumpa Xi Jinping. Ikut
membersamai beberapa pengusaha naga. Berbagai kesepakatan dibuat oleh keduanya.
Di antara kesepakatan, dua yang dinilai kontroversial, yaitu :
Pertama, pengakuan atas klaim China "Nine Dash
Line" laut "warisan" yang berkonsekuensi mengambil sebagian laut
milik Indonesia. Pengakuan yang melanggar Hukum Laut Internasional ini jelas
berbahaya dan telah menggerus kedaulatan negara Republik Indonesia. Prabowo berkhianat
tanpa rasa bersalah, malah seperti yang riang gembira.
Kedua, China memberi makan gratis program Prabowo. Sungguh
memalukan bangsa yang selalu dipidatokan sebagai "besar",
"merdeka", "tidak didikte asing" ternyata ditempatkan
sebagai pengemis yang diberi makan gratis China. Prabowo yang berjanji, China
yang menepati. Adakah "bantuan" ini barter dengan Nine Dash Line atau
sekarang Ten Dash Line ?
Praktek politik Prabowo setelah menjadi Presiden ternyata
"awut-awutan" atau tidak ajeg bahkan mencemaskan. Baru beberapa hari
berkuasa sudah melangkah semaunya. Tulisan dalam Paradoks Indonesia dan
Kepemimpinan Militer ternyata hanya sebuah
narasi dari omon-omon yang gemoy.
Ada kekhawatiran atau kecemasan bahwa Prabowo memiliki
karakter pemimpin yang berimajinasi menjadi orang besar atau pahlawan.
Megalomania dengan jualan pidato..to..to.
Jika Jokowi itu Presiden yang tidak mahir pidato dan tidak
mampu kerja, akankah Prabowo menjadi
Presiden yang jago pidato tapi tidak mampu bekerja meski mungkin sama-sama
bermotto kerja, kerja, kerja ? Fakta ke depan akan menjawab. (*)