R. Haidar Alwi selaku pendiri Haidar Alwi Institute (HAI). (Dok. Haidar) 

 

SANCAnews.id – Terungkapnya kasus pembubaran paksa diskusi diaspora di Kemang, Jakarta Selatan harus diusut tuntas. Termasuk mencari aktor intelektualnya, bukan hanya berhenti pada pelaku di lapangan.

 

Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi menyambut baik penangkapan yang dilakukan oleh Kepolisian dan menetapkan dua orang tersangka. Perlu tindakan cepat untuk menuntaskan kasus ini.

 

Langkah Polri, kata Haidar, juga sebagai respons atas stigma yang berkembang di masyarakat. Bahwa mereka yang berseberangan dengan pemerintah dianggap sulit mendapatkan keadilan.

 

"Ternyata stigma tersebut tidak benar. Polri membuktikan bahwa keadilan milik semua. Termasuk bagi mereka yang selama ini dikenal cenderung sinis terhadap pemerintah," kata Haidar, Selasa (1/10).

 

Meski begitu, pengungkapan kasus harus tetap dituntaskan. Terutama mencari aktol intelektual.

 

"Mari kita dukung Polri mengungkap aktor intelektualnya dan jika ada pelanggaran SOP oleh personel yang bertugas di lapangan," jelas Haidar.

 

Dia menilai, dukungan dan kepercayaan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting bagi kinerja Polri selain kritik dan masukan yang konstruktif.

 

"Sehingga Polri semakin optimal melaksanakan fungsi dan tugas pokoknya dalam menegakkan hukum maupun menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat," tandasnya.

 

Sebelumnya, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin membeberkan kronologi terjadinya pembubaran diskusi diaspora di Grand Kemang, Jakarta Selatan.

 

Dalam peristiwa ini, massa yang tak dikenal bertindak anarkis memporakparandakan panggung, menyobek backdrop, mematahkan tiang mik, dan mengancam para peserta yang baru hadir.

 

Menurut Din, Acara itu dirancang sebagai dialog antara diaspora Indonesia di manca negara dengan sejumlah tokoh atau aktivis tentang masalah kebangsaan dan kenegaraan.

 

Selain Din, hadir sebagai narasumber antara lain Refly Harun, Marwan Batubara, Said Didu, Rizal Fadhilah, Sunarko, dan beberapa lainnya.

 

Din menyampaikan, sejak pagi hari sudah ada sekelompok massa menggelar orasi dari atas sebuah mobil komando di depan hotel. Namun, Din mengaku tidak mendengar jelas tuntutan massa.

 

"Tidak terlalu jelas pesan yang mereka sampaikan, kecuali mengeritik para narasumber yang diundang dan membela rezim Presiden Jokowi," kata Din, Sabtu (28/9).

 

Din melanjutkan, acara tidak sempat dimulai. Karena massa sudah bertindak anarkis terlebih dahulu dengan memasuki ruangan hotel, dan mengobrak-abrik seisinya.

 

"Acara akhirnya dimulai dan diubah menjadi konperensi pers," imbuhnya. ()

Label:

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.