Ilustrasi demonstrasi kawal putusan MK di depan gedung DPR RI, Kamis (22/8)
SANCAnews.id – Sejumlah aparat diduga menggeruduk
dan intimidasi terhadap mahasiswa di Universitas Pakuan, Bogor. Peristiwa itu
terjadi usai aksi unjuk rasa mahasiswa dari seluruh Indonesia di depan Gedung
DPR, Kamis (22/8).
Menurut keterangan resmi BEM Universitas Pakuan, saat
mahasiswa kembali dari aksi sekitar pukul 23.00 WIB, situasi kampus sudah
mencekam. Sudah ada tujuh petugas yang langsung marah-marah saat melihat
kedatangan mahasiswa menggunakan bus.
Mereka meminta para mahasiswa untuk berlutut, berbaris,
berpose bertobat dengan kepala di tanah, dan melakukan push-up. Para petugas
menyerbu Universitas Pakuan dengan dalih bahwa ada mahasiswa dari universitas
tersebut yang menjelek-jelekkan suatu institusi. Mereka juga menuduh para
mahasiswa menyembunyikan para pelaku yang menjelek-jelekkan institusi tersebut.
”Namun saat ditanyai dari mana, mereka tidak menjawab. Mereka
tidak membawa surat perintah, mereka tidak memakai identitas tertentu,” tulis
keterangan resmi itu, dikutip Senin (26/8).
Para oknum ini salah satunya bahkan menggunakan jaket ojek
online dan yang lain seperti masyarakat sipil. Tak hanya melakukan pemeriksaan,
para oknum itu mulai melakukan kekerasan fisik. Salah satunya kepada mahasiswi
berinisial Y karena ketahuan merekam aksi para oknum tersebut.
”Karena aku masih videoin, salah seorang oknum itu mukul,
awalnya kaya menggertak aku HP nya mau dipecahin kalau masih video tapi malah
mukul ke handphone kena muka,” sebut keterangan itu.
Baru pada pukul 01.00 WIB, para oknum itu meninggalkan area kampus Universitas Pakuan. Atas hal itu, Presiden Mahasiswa Universitas Pakuan menyatakan sikap sebagai berikut:
- Mendesak
pihak terkait untuk bertanggung jawab atas semua kekacauan yang terjadi.
- Akan
mengawal penuh dan melindungi pihak-pihak yang diintervensi dan diintimidasi.
- Mengawal
penuh pihak-pihak yang mendapatkan kekerasan fisik seperti pemukulan,
tendangan, dan kekerasan lain seperti ancaman dan teror.
- Akan terus
menginvestigasi sampai ada tanggung jawab pihak terkait atas penggerudukan pada
22 Agustus malam.
- Menuntut
struktural universitas untuk juga mengusut dan bersikap terhadap penggerudukan
kampus.
- Akan
melawan segara teror, intimidasi, dan refresifitas aparat.
Sementara itu, JawaPos.com telah berupaya menghubungi Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Nugraha Gumilar untuk mengonfirmasi hal tersebut. Namun, hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan dari yang bersangkutan. (***)