Ilustrasi gempa bumi 

 

SANCAnews.id – Potensi gempa Megathrust berkekuatan 9,0 yang memicu tsunami menjadi kekhawatiran masyarakat, terutama di wilayah yang berpotensi gempa dan tsunami.

 

Di tengah besarnya ancaman tersebut, masyarakat tetap diminta waspada dan tidak terlalu khawatir. Yang tidak kalah penting, jangan panik ketika ancaman gempa benar-benar terjadi.

 

Diketahui, informasi dari BMKG mengenai potensi gempa megathrust berkekuatan 9,0 yang dapat memicu tsunami di Pulau Bali telah beredar dalam beberapa hari terakhir.

 

Kepala BPBD Bali Made Rentin membenarkan potensi kejadian tersebut. Meski demikian, Made Rentin mengajak masyarakat Bali untuk menjadikan hal tersebut sebagai peringatan dini, sekaligus mengambil langkah kesiapsiagaan.

 

“Masyarakat utamanya jangan panik, karena memang potensi gempa itu terjadi hampir di seluruh wilayah di dunia, apalagi Indonesia. Terutama Bali yang berada di dalam ring of fire,” kata Made Rentin dilansir jpnn.

 

Rentin mengingatkan masyarakat apabila gempa megathrust magnitudo 9,0 benar terjadi, agar mengamankan diri di tempat sementara.

 

Baru kemudian melangkah ke tempat lebih aman ketika guncangan mereda. Berdasar catatan BPBD Bali, gempa seperti kejadian di Lombok 2018 dan Palu 2018 banyak memakan korban. Pasalnya, masyarakat panik dan terkena reruntuhan bangunan.

 

Oleh karena itu, Made Rentin mengajak masyarakat menuju titik kumpul untuk mengevakuasi diri tanpa panik. “Kita harus mengambil langkah-langkah menyelamatkan diri atau manajemen penanggulangan bencana, tetapi terpenting bagaimana kita berupaya dan bisa menyelamatkan diri sendiri dengan mengikuti informasi BMKG,” kata Rentin.

 

Made Rentin mengeklaim BPBD Bali sudah melakukan upaya komunikasi, informasi, edukasi, dan sosialisasi. Salah satu langkahnya, yaitu mengajak menjalani hari simulasi bencana tiap tanggal 26 setiap bulan sekali.

 

Menurut Made Rentin, program Pemprov Bali itu ditujukan kepada seluruh instansi baik pemerintah, swasta, atau individu. Tujuannya untuk melatih diri ketika terjadi bencana dan melatih personel dalam memastikan semua peralatan dan logistik berfungsi dengan baik.

 

“Simulasi itu kata kunci untuk melatih diri, ketika tiba-tiba gempa terjadi masyarakat tidak panik dan tahu strategi penyelamatan diri. Terutama anak sekolah yang biasanya ketika goncangan gempa terjadi mereka justru berhamburan berlari, ini justru tidak direkomendasikan,” tuturnya. (fajar)


Label:

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.