Aktivis Hak Asasi Manusi (HAM) Natalius Pigai
SANCAnews.id – Kunjungan lima kader Nahdlatul
Ulama (NU) ke Israel merupakan tindakan yang melampaui urusan Indonesia sebagai
sebuah negara. Hal tersebut disampaikan aktivis HAM Natalius Pigai dalam Talk
Show TV One Dua Sisi bertajuk “Kader NU Temui Presiden Israel Ada Apa” yang
disiarkan langsung pada Kamis malam (18/7).
"Itulah yang saya sampaikan, kadang-kadang komunitas
muslim di Indonesia itu melampaui urusan negara, yaitu urusan politik dan
urusan pertahanan," ujar dia dikutip Kantor Berita Politik dan Ekonomi
RMOL melalui siaran ulang pada Jumat (19/7).
Dia mengungkapkan, fungsi dari kelembagaan NU sebagai salah
satu organisasi massa terbesar di Indonesia adalah memperjuangkan perdamaian
Palestina.
"Sebenarnya kalau dia fokus pada ukhuwah islamiyah dan
insaniyah dalam konteks human rights, humanitarian intervension saja, maka saya
pikir dapat mendukungan positif tidak hanya di Indonesia bahkan sampai dunia
internasional," kata Pigai.
Namun, ketika mengetahui tujuan dari kunjungan lima kader NU
itu untuk menormalisasi hubungan Israel Indonesia yang sebenarnya tidak
memiliki hubungan diplomatik, Pigai memandang perlu dicek kembali maksud awal
menemui Presiden Israel.
"Itu (tujuan kedatangan ke Israel) disampaikann setelah
pertemuan. Tapi kan tujuan pertemuan juga harus disampaikan sebelumnya,
sehingga ruang lingkup itu menginformasikan kepada rakyat bahwa perjalanan kami
untuk kepentingan itu," kata Pigai.
Sebagai mantan Komisoner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM), Pigai memandang penderitaan tidak hanya dirasakan rakyat
Palestina, tapi juga rakyat Israel. Sehingga dia mengira ada maksud perdamaian
yang dibawa 5 kader NU untuk Palestina dan Israel.
"Andaikan mereka juga memperjuangkan penderitaan yang
dialami kedua pihak, yaitu ribuan orang bahkan penderitaan yang dialami Israel
yang mendapat tekanan penderitaan karena serangan dari Hamas," kata Pigai.
"Dan penderitaan yang dialami oleh Palestina itu tidak
sekadar tekanan penderitaan itu saja, tapi pendidikan, ekonomi, kesehatan,
kehidupan juga mengalami hal yang sama," sambung Pigai.
Oleh karena itu, dia menganggap porsi kelompok-kelompok
muslim di Indonesia termasuk NU seharusnya mengedepankan persoalan humanitarian
intervension, sehingga tidak boleh memasuki wilayah-wilayah yang lebih keras
seperti dalam konteks politik.
"Cukup ambil porsi soal keadilan, perdamaian, humanisme,
mungkin toleransi beragama, itu jauh lebih terhormat," demikian Pigai. (rmol)