Pasukan yang tergabung dalam kelompok anti-teror Iraq Islamic Resistance dan Hizbullah mulai serang Israel 

 

SANCAnews.id – Pasukan yang tergabung dalam kelompok antiteror Iraq Islamic Resistance dan Hizbullah mulai serang Israel.

 

Serangan yang dilakukan oleh pasukan yang didukung Iran dan Palestina menargetkan lokasi-lokasi strategis Israel.

 

Rudal Iraq Islamic Resistance mulai menghantam Israel pada Senin malam tanggal 8 April dan diumumkan pada Selasa pagi menjelang rencana penyerangan Israel oleh Iran.

 

Apakah Anda Ingin Menambah Otot 10kg Dengan Cepat Dan Mudah?

Merurut Iraq Islamic Resistance bahwa serangan tersebut juga bentuk lanjutan dari perlawanan serta penolakan mereka terhadap kependudukan yang dilakukan oleh Israel di Palestina.

 

“Kami mendukung Gaza dan ini sebagai bentuk balasan dari kami atas pembantaian yang mereka lakukan pada warga sipil serta anak – anak disana,” tegasnya.

 

Adapun sasaran dari pasukan yang juga mendukung serangan Iran terhadap Israel ini mencangkup pelabuhan minyak Asqalan yang berada di bagian tengah wilayah pendudukan Palestina.

 

Selain itu juga rudal yang dilepaskan juga menyasar bandara udara Hatzerim yang berada di kota Beersheba.

 

Iraq Islamic Resistance juga mengatakan jika mereka menggunakan senjata yang susuai untuk menyerang sasara yang ditentukan sehingga akan berdampak cukup signifikan.

 

Selain itu kelompok tersebut juga mengatakan akan terus melakukan penyerangan selama Israel tidak angkat kaki dari Palestina.

 

Sedangkan Hizbullah mulai melakukan penyerangan terhadap wilayah Kiryat Shmuna yang berada di bagian utara Israel.

 

Negosiasi Kairo Gagal, Amerika Tak Bisa Bujuk Israel

Setelah melakukan negosiasi antara Hamas dan Israel di Kairo, ke dua belah pihak dikabarfkan gagal mencapai kesepakatan.

 

Dalam kesepatakan tersebut dikatakan jika Israel harus segera angkat kaki dari Gaza serta melakukan gencatan senjata permanen.

 

Pejabat Israel dan Hamas mengatakan tidak ada kemajuan signifikan yang dicapai dalam perundingan gencatan senjata Gaza di Kairo yang dihadiri oleh perwakilan mediator Mesir, Qatar dan Amerika Serikat.

 

“Tidak ada perubahan dalam posisi pendudukan dan oleh karena itu, tidak ada hal baru dalam perundingan di Kairo,” papar seorang pejabat Hamas seperti dilansir dari Aljazeera.com.

 

Sedangkan Israel Katz selaku Menteri Luar Negeri Israel mengatakan jika perundingan di Kairo sebagai perundingan yang paling dekat dengan kedua belah pihak mencapai kesepakatan sejak gencatan senjata pada bulan November dan Hamas membebaskan puluhan sandera.

 

“Kami telah mencapai titik kritis dalam negosiasi. Jika berhasil, maka sejumlah besar sandera akan pulang,” katanya.

 

John Kirby selaku juru bicara Dewan Keamanan Nasional mengatakan bahwa saat ini pihaknya telah memberikan dokumen kesepakatan ke Hamas.

 

“Terserah Hamas yang memutuskan, apakah mereka akan menyetujui atau menolak perjanjian  yang kami berikan,” paparnya.

 

Sejauh ini Hamas mesih menyendera sebanyak 133 warga Israel dan jika perundingan berjalan lancar maka sekitar 40 orang akan dibebaskan pada tahap pertama.

 

Perjanjian ini menjadi sangat penting, jika Israel menyetujuinya dan angkat melakukan gencatan senjata penuh, maka Iran akan membatalkan rencanan penyerangannya.

 

Akan tetapi karena perjanjian Kairo tersebut tidak berjalan dengan baik, maka Iran dan kelompok yang memberikan dukungan atas rencana serangan tersebut saat ini tengah bersiaga untuk melakukan penyerangan. (disway)


Label:

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.