SANCAnews.id – Pakar Komunikasi Universitas Airlangga (Unair), Henri Subiakto mengatakan, potensi konflik antara Jokowi dan Prabowo terbuka. Usai Pemilihan Presiden (Pilpres) digelar.


“Tanda-tanda ke arah itu sudah mulai kelihatan. Konflik rebutan pengaruh adalah kelaziman dalam politik,” ungkapnya dikutip fajar.co.id dari unggahannya di X, Senin (18/3/2024).


Ke depannya, ia mengatakan besar kemungkinan akan terjadi drama-drama politik baru. Terkait apa yg akan dilakukan Jokowi dan apa pula yg akan dilakukan Prabowo tentu menarik untuk disaksikan.


“Waktu yang dimiliki Jokowi hanya pendek, tinggal 6 bulan masih berkuasa penuh, maka dalam waktu pendek itu dia harus manfaatkan secara efektif agar dia bisa tetap punya power walau tidak lagi jadi presiden. Sukur-sukur kalau bisa melemahkan Prabowo dan Gerindra,” ucapnya.


Saat ini, menurutnya istana harus segera mewujudkan koalisi besar bersama partai-partai yang akan diketuai Jokowi, dengan tidak menyertakan Gerindra di dalamnya. Ia bilang itu lanjutan strategi politik Pemilu 2024, dimana partai Gerindra dibuat anomali.


“Ketumnya jadi capres dengan kemenangan suara 58% tapi partainya sendiri perolehan suaranya merosot di bawah 15%. Seakan Pasangan Prabowo Gibran tidak berpengaruh ekor jasnya pada perolehan Gerindra,” ujarnya.


“Malah yang naik drastis justru Golkar. Partai yg sedang jadi sorotan karena ditengarai akan diambil alih oleh “kekuatan Jokowi”. Ini juga menyiratkan pesan politik bahwa yg menang Pilpres itu bukan Prabowo, tapi itu kemenangan Jokowi bersama Golkar yg telah mengusung anaknya, Gibran,” imbuhny.


Ia menjelaskan, kemenangan terjadi karena usaha dan strategi Jokowi yg secara terbuka membela Pasangan Prabowo Gibran dg berbagai cara. Hal ini, bagi Prabowo dan Gerindra serta pendukungnya, disebutnya harus menyadari, dan harus terus menghormati, bahkan tunduk pada politik Jokowi.


“Prabowo aslinya belum tentu menyukai Gibran. Anak Jokowi yg besar karena “dikarbit”. Tapi Prabowo terpaksa harus menerima demi bisa memanfaatkan power Jokowi untuk memenangkan Pilpres 2024,” jelasnya.


Ia menerangkan. Kelak, setelah Prabowo dilantik jadi Presiden RI, Prabowo ingin berkuasa penuh. Tidak mungkin mau ada matahari kembar. Menurutnya, disitulah bibit konflik rebutan power antara Jokowi dan Prabowo sulit dielakkan.


“Sekarang Jokowi tinggal punya waktu 6 bln untuk “melemahkan” Prabowo. Kita lihat saja drama politik seperti apa yg akan terjadi setelah periode honeymoon politik keduanya selesai,” pungkasnya.


“Apa masih tetap akrab saling dukung dengan kesepakatan, atau malah masuk periode saling tikam? Kita lihat saja. Kalau lihat video ini kasihan juga pak Prabowo yg dicuekin Jokowi. Bibit bibit konflik memang sulit terhindarkan,” tandasnya. (fajar)


Label:

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.