Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (13/2/2024)
SANCAnews.id – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan
(PDIP) Hasto Kristiyanto mengaku khilaf karena mencalonkan Gibran Rakabuming
Raka sebagai Wali Kota Solo pada Pilkada 2020 lalu.
Hasto mengatakan, PDIP saat itu mengusung Gibran karena
melihat kepemimpinan ayahnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi), berhasil membawa
kemajuan bagi Indonesia.
"Ya kami jujur saja khilaf ketika dulu ikut mencalonkan
Gibran karena kami juga di sisi lain memang mengakui terhadap kemajuan yang
dilakukan Pak Jokowi," kata Hasto dalam sebuah diskusi daring pada Sabtu
(30/3/2024).
Namun, kata dia, pihaknya menyadari ternyata kemajuan itu
dipicu beban utang pemerintah yang sangat besar.
Menurut Hasto, utang pemerintah hampir mencapai 196 miliar
USD, lalu swasta dan BUMN hampir mencapai 220 milair USD.
"Ketika ini digabung maka ke depan kita bisa mengalami
suatu persoalan yang sangat serius," ujarnya.
Selain itu, dia menuturkan Jokowi telah mempraktikkan
nepotisme dengan mencalonkan orang-orang terdekatnya pada jabatan publik.
Hasto mencotohkan saat ini mantan ajudan Jokowi, Devid Agus Yunanto, kabarnya dicalonkan dalam Pilkada Kabupaten Boyolali.
"Nepotisme itu kita lihat ternyata justru semakin
telanjang di depan mata kita. Misalnya Sekretaris Pak Jokowi, Devid dicalonkan
sebagai calon bupati di Boyolali, itu kan akan merebut basis dari PDIP yang
selama ini membesarkan," ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, Gibran bersama Teguh Prakosa diusung
PDIP pada Pilkada Solo tahun 2022 lalu.
Namun dalam Pilpres 2024 Gibran pecah kongsi dengan PDIP
setelah menjadi cawapres Prabowo Subianto.
Sementara, PDIP mengusung pasangan Ganjar Pranowo - Mahfud MD.
(tribunnews)