Koordinator aksi BEM Jateng-Jogja, Raafila Anbiya serukan kekecewaan terhadap Gibran Rakabuming Raka yang selalu mangkir debat publik, Senin (18/12).
SANCAnews.id – Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari 10 kampus di Jogja dan Jawa Tengah, menggerebek kantor Balai Kota Solo, Senin (18/12) sore kemarin.
Tujuannya, mereka berniat bertemu dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabumingraka untuk menantangnya berdebat dengan mahasiswa.
Koordinator aksi, Raafila Anbiya, mengatakan bahwa mereka ingin Gibran membuktikan dirinya bukan sosok yang anti debat.
Pasalnya, sejak mendeklarasikan diri sebagai bacawapres Prabowo Subianto, putra sulung Presiden Jokowi itu dianggap kerap mangkir dari sejumlah undangan debat.
Melalui aksi ini, kata Raafila, pihaknya ingin Gibran berani dengan terbuka tampil di hadapan publik dan membeberkan rencananya untuk masa depan Indonesia.
“Kami sangat kecewa karena waktu kegiatan-kegiatan publik Mas Gibran tidak mau hadir. Sebetulnya kami ingin melihat gagasan Mas Gibran seperti apa untuk membawa negara ini,” kata Raafila, dilansir dari Radar Solo (Jawa Pos Group), Selasa (19/12).
Sayangnya, Gibran tak tampak muncul dari kantor Balai Kota Solo dan menemui mahasiswa. Hal itu pun dianggap sebagai sikap acuh tak acuh sikap Gibran terhadap masaa aksi yang datang.
“Kami mengharapkan dia (Gibran) bisa hadir hari ini. Karena Mas Gibran tidak hadir dalam berbagai forum debat, makanya kami datang jauh-jauh ke sini mengharapkan agar yang bersangkutan bisa merespons langsung," tegas Raafila.
Menyadari itu, massa aksi pun melanjutkan aksinya dengan melontarkan sederet kritikan tajam untuk Gibran. Mereka menuntut agar Gibran bisa menjelaskan secara rinci seperti apa visi misi yang akan dibawanya bersama bacapres Prabowo Subianto. Terlebih lagi, ia juga santer disebut mewakili generasi Z.
Tak ayal, mahasiswa-mahasiswa itu pun menuntut kejelasan ‘keterwakilan’ seperti apa yang akan dibawa oleh Gibran.
Kalau Mas Gibran ngomong mewakili gen Z, harusnya gen Z yang datang hari ini langsung bisa direspons. Soal visi-misi kami mengharapkan hal yang kontekstual soal pelaksanaan dan sistemnya seperti apa,” tegasnya.
Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam badan eksekutif mahasiswa (BEM) dari sebanyak 10 kampus di Jogja dan Jawa Tengah, menggeruduk Kantor Balai Kota Solo, pada Senin (18/12) kemarin sore.
Tujuannya, mereka bermaksud hendak bertemu dengan Wali Kota Solo, Gibran Rakabumingraka, untuk menantangnya berdebat dengan mahasiswa.
Koordinator aksi, Raafila Anbiya, mengatakan bahwa mereka ingin Gibran membuktikan dirinya bukan sosok yang anti debat.
Pasalnya, sejak mendeklarasikan diri sebagai bacawapres Prabowo Subianto, putra sulung Presiden Jokowi itu dianggap kerap mangkir dari sejumlah undangan debat.
Melalui aksi ini, kata Raafila, pihaknya ingin Gibran berani dengan terbuka tampil di hadapan publik dan membeberkan rencananya untuk masa depan Indonesia.
“Kami sangat kecewa karena waktu kegiatan-kegiatan publik Mas Gibran tidak mau hadir. Sebetulnya kami ingin melihat gagasan Mas Gibran seperti apa untuk membawa negara ini,” kata Raafila, dilansir dari Radar Solo (Jawa Pos Group), Selasa (19/12).
Sayangnya, Gibran tak tampak muncul dari kantor Balai Kota Solo dan menemui mahasiswa. Hal itu pun dianggap sebagai sikap acuh tak acuh sikap Gibran terhadap masaa aksi yang datang.
“Kami mengharapkan dia (Gibran) bisa hadir hari ini. Karena Mas Gibran tidak hadir dalam berbagai forum debat, makanya kami datang jauh-jauh ke sini mengharapkan agar yang bersangkutan bisa merespons langsung," tegas Raafila.
Menyadari itu, massa aksi pun melanjutkan aksinya dengan melontarkan sederet kritikan tajam untuk Gibran.
Mereka menuntut agar Gibran bisa menjelaskan secara rinci seperti apa visi misi yang akan dibawanya bersama bacapres Prabowo Subianto. Terlebih lagi, ia juga santer disebut mewakili generasi Z.
Tak ayal, mahasiswa-mahasiswa itu pun menuntut kejelasan ‘keterwakilan’ seperti apa yang akan dibawa oleh Gibran.
“Kalau Mas Gibran ngomong mewakili gen Z, harusnya gen Z yang datang hari ini langsung bisa direspons. Soal visi-misi kami mengharapkan hal yang kontekstual soal pelaksanaan dan sistemnya seperti apa,” tegasnya. (jawapos)