SANCAnews.id – Genosida di Gaza oleh Israel tak ada tanda-tanda usai dan korban meninggal Palestina terus meningkat. Seruan memboikot produk-produk Israel pun mulai muncul kembali ke permukaan, termasuk Gerakan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS) atau Boikot, Divestasi, Sanksi adalah gerakan kebebasan, keadilan, dan kesetaraan yang dipimpin Palestina. BDS menjunjung tinggi prinsip sederhana bahwa warga Palestina berhak atas hak yang sama seperti umat manusia lainnya.


BDS mengajak memboikot perusahaan Israel dan internasional yang terlibat dalam tindakan pelanggaran hak-hak Palestina. Salah satunya adalah perusahaan multi nasional penyedia produk rumah tangga termasuk makanan dan minuman seperti Unilever.


Unilever masuk dalam daftar boikot yang tersebar di berbagai platform media sosial, termasuk di Indonesia. Masyarakat yang gencar mengampanyekan aksi boikot terhadap produk Unilever karena dianggap cenderung mendukung Israel dan tak langsung turut berpartisipasi dalam serangan di Gaza selama ini.


Akibat aksi boikot BDS, saham Unilever sempat turun di harga 46,26 dolar AS pada akhir Oktober lalu, namun kemudian menguat hingga akhirnya ditutup di level 47,67 dolar AS pada akhir sesi perdagangan Kamis pekan lalu. Namun, bila dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, saham Unilever memang cenderung terus menurun sejak pertengahan tahun.


Jika dirunut kembali, dukungan Unilever kepada Israel sangat jelas ketika salah satu anak perusahaan Unilever Ben & Jerry’s pada 2021 memutuskan untuk berhenti menjual es krimnya di wilayah Palestina yang diduduki Israel, dengan alasan etis.


Namun, ternyata keputusan itu membuat Israel marah besar dan menganggap Unilever pro-Palestina, akhirnya CEO Unilever, Alan Jope, membuat pernyataan bahwa perusahaan tetap berkomitmen penuh untuk bisnisnya di Israel, dan menginvestasikan sekitar 306 juta dolar AS di negara tersebut dalam dekade terakhir.


Alan bahkan menyebut bahwa keputusan Ben & Jerry’s adalah keputusan independen yang dibuat oleh dewan direksi merek es krim tersebut, yang memiliki otonomi lebih besar daripada anak perusahaan lainnya. Diketahui, Ben & Jerry's sudah beroperasi di Israel sejak 1987. Unilever pun mengalihkan distribusi es krim Ben & Jerry dari tangan American Quality Products (AQP), distributor resminya di Israel, ke distributor lokal yang menjual es krim Ben & Jerry dengan merek bahasa Ibrani dan Arab.


Keputusan Unilever ini justru memicu kontroversi baru. Beberapa pihak mengkelaim bahwa Ben & Jerry's bergabung dalam gerakan BDS, yang bertujuan untuk mencabut hak Israel sebagai negara dan memiliki akar antisemitisme. Menanggapi hal itu Unilever pun secara tegas dalam keterangan resminya menolak sepenuhnya segala bentuk diskriminasi atau intoleransi, menurut keterangan resmi Unilver antisemitisme tidak memiliki tempat di masyarakat mana pun.


"Kami tidak pernah menyatakan dukungan apa pun untuk gerakan Boikot Divestasi Sanksi (BDS) dan tidak berniat mengubah posisi itu," lanjut mereka.


Sebelumnya, pada 2020 lalu, Unilever juga membuat kontroversi besar dengan menyatakan diri berkomitmen mendukung gerakan LGBTQ+. Unilever juga membuka kesempatan bisnis bagi LGBTQ+ sebagai bagian dari koalisi global. Selain itu, Unilever meminta Stonewall, lembaga amal untuk LGBT, mengaudit kebijakan dan tolok ukur bagaimana Unilever melanjutkan aksi ini.  


"Kami berkomitmen untuk membuat rekan LGBTQ+ bangga karena kami bersama mereka. Karena itu, kami mengambil aksi dengan menandatangani Declaration of Amsterdam untuk memastikan setiap orang memiliki akses secara inklusif ke tempat kerja," kata Unilever pada Juni 2020 lalu," tulis Unilever.


Bahkan, pada saat itu  Ketua Komisi Ekonomi MUI, Azrul Tanjung, meminta Unilever segera menghentikan kampanye pro LGBT mereka. Pasalnya, kampanye ini tidak hanya menimbulkan gerakan antipati di masyarakat, tetapi juga kerugian bagi Unilever. 


“Mereka itu berbisnis, ya fokus berbisnis saja. Kita juga tidak berharap karyawan Muslim di Unilever untuk keluar. Kita hanya berharap para pendiri Unilever sadar bahwa yang mereka dukung itu salah,” kata Azru.


Di Indonesia, sejak 1933 Unilever Indonesia telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMGG) terkemuka di Tanah Air. Perusahaan yang pertama kali go publik pada 11 Januari 1982 ini juga telah memiliki lebih dari 40 brand dengan 9 pabrik yang bertempat di area industri, seperti Jababeka, Cikarang dan Rungkut, Surabaya. Beberapa produk Unilever yang sangat laris di pasar Indonesia adalah Pepsodent, Sunsilk, Royco dan Kecap Bango.


Melansir dari situs resminya, berikut daftar lengkap produk Unilever Indonesia adalah: 

Produk makanan dan minuman: Kecap bango, Buavita, Cornetto, Feast, Hellmann’s, Lipton, Magnum, Jawara, Knorr, Es krim Walls, Paddle Pop, Royco, Sariwangi, Seru!, The Vegetarian Butcher, Viennetta, Wall’s Taste Joy.


Produk pembersih: Cif, Domestos, Molto, Rinso, Sunlight, Super Pell, Vixal, Wipol.


Produk perawatan tubuh:  Axe, Citra, Clear, Clear Men, Closeup, Citra, Dove, Glow & Lovely, Lifebuoy, Lux, Love Beauty & Planet, Molto, Pepsodent, Pond’s, Pond’s Men, Populaire, Rexona, Simple, Sunsilk, St. Ives, Tresemme, Vaseline, Vaseline Men, Zwitsal. (gelora)

Label:

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.