Polisi berjaga-jaga pascakerusuhan aksi solidaritas bela Palestina di Bitung, Manado, Sulawesi Utara pada Sabtu (25/11/2023) lalu.
SANCAnews.id – Dua ormas
pro-Palestina dan pro-Israel yang bentrok di Kota Bitung, Sulawesi Utara
menandatangani perjanjian damai usai bentrok pada Sabtu (25/11/2023).
Perjanjian damai tersebut
disaksikan oleh TNI, Polri, Pemerintah Bitung serta tokoh agama Islam dan
Kristen.
Dikutip dari Tribun Manado,
perjanjian damai tertulis tersebut kemudian dibacakan oleh Pdt Reymond Manoppo,
Ketua FKUB Bitung dan Habib Abdullah Bin Ali Bin Smith.
Berikut Isi Kesepakatan Damai
Tersebut:
Menerangkan, bahwa kami tokoh agama
yang tergabung dalam FKUB dan BKSAUA Kota Bitung menyatakan:
1. Kota Bitung dalam keadaan aman
dan damai
2. Menangkal berita Hoax dan berita
yang memprovokasi
3. Masyarakat Adat Minahasa dan BSM
bersatu padu dan menyatakan tidak konflik serta mengedepankan kedamaian diatas
segala-galanya
Kesepakatan damai tersebut juga ditandatangani oleh kelompok yang sempat terlibat ketegangan. Tokoh agama kristen dan Islam, Wali Kota Bitung Maurits Mantiri, Forkopimda Kota Bitung dan Provinsi Sulut menyaksikan perjanjian damai tersebut.
Forkopimda Sulut yang hadir
sejumlah PJU Polda Sulut, Danlantamal VIII, Dandrem 131/Santiago, Kapolres
Minut. Forkopimda Bitung, ada Kapolres Bitung, Dandim 1310 Bitung dan lainnya.
Doa bersama
Usai rusuh karena terprovokasi
konflik Israel dan Palestina, sejumlah tokoh lintas agama dipertemukan di Kota
Bitung, Sulawesi Utara, Sabtu (25/11/2023) malam.
Para tokoh agama melakukan doa bersama atas ketegangan yang terjadi di kota tersebut karena terprovokasi konflik Israel Palestina. Doa bersama ini dilakukan oleh sejumlah tokoh lintas agama dan tokoh masyarakat di Kota Bitung.
Dikutip dari Tribun Manado, tampak
hadir Wali Kota Bitung, Maurits Mantiri bersama dengan Forkopimda Kota Bitung.
Dalam doa tersebut tokoh agama berharap kiranya Kota Bitung Aman dan Damai. Sebelumnya terjadi ketegangan dua kubu di Kota Bitung, Sulawesi Utara, Sabtu (25/11/2023).
Tepatnya Kelurahan Bitung Timur,
Kecamatan Maesa. Lokasi kejadian di ruas jalan yang merupakan pusat Kota
Bitung. Foto dan video yang memperlihatkan ketegangan kedua kubu viral di media
sosial.
Ada yang terlihat memegang pedang,
parang, kayu, bambu, hingga batu. Sempat saling balas mengejar.
Dilaporkan peristiwa itu
menyebabkan satu orang tewas dan dua lainnya terluka.
Peristiwa itu disebut berawal saat
salah satu ormas merayakan HUT ke-12 di wilayah GOR Dua Saudara, Bitung. Acara
HUT itu telah memperoleh izin dari pihak kepolisian.
Pada saat yang sama, ada massa aksi
bela Palestina yang melintas di lokasi. Kedua kelompok itu kemudian terlibat
bentrok. Polisi menduga bentrokan dipicu kesalahpahaman.
PP Perisai Kecam Provokator
Ketua Umum Pimpinan Pusat
Pertahanan Ideologi Sarekat Islam (PP Perisai), Chandra Halim menyesalkan
kericuhan yang terjadi saat aksi solidaritas bela Palestina di Bitung, Manado,
Sulawesi Utara pada Sabtu (25/11/2023) lalu.
Kericuhan yang diduga ulah provokator ini mengakibatkan satu orang tewas dari aksi bela Palestina. “Kami mengutuk keras provokasi zionis yang sudah pada tahap serangan fisik terhadap massa aksi damai solidaritas bela Palestina di Bitung, Manado, Sulawesi Utara. Polisi harus mengambil tindakan tehadap pelaku,” kata Chandra yang dikutip pada Ahad (26/11/2023).
Berdasarkan informasi yang
diterimanya, kata dia, kericuhan bermula saat massa aksi bela Palestina
dihadang sekelompok massa yang mengatasnamakan Laskar Manguni sambil membawa
senjata tajam.
Aksi bela Palestina yang semula
berlangsung damai berubah menjadi aksi kekerasan dan penganiayaan terhadap
massa yang membuat jatuh korban jiwa.
“Aksi bela Palestina ini soal
kemanusiaan bukan soal agama. Kenapa teman-teman Kristen Laskar Manguni jadi
pembela zionis. Bahkan sikap pemerintah kita jelas, mengutuk aksi zionis Israel
di Palestina. Seharusnya mereka bagian dari NKRI ikut mengecam Israel bukan
jadi pembela zionis,” jelas Chandra.
Menurutnya, sikap tegas Pemerintah
Indonesia sudah disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi maupun
oleh Presiden Joko Widodo.
Bahkan secara khusus Presiden
Jokowi menemui Presiden Amerika Serikat Joe Biden membicarakan soal serangan
brutal Israel terhadap rakyat sipil Palestina.
“Indonesia tidak punya hubungan
diplomatik dengan Israel. Bahkan ditegaskan oleh para pemimpin kita bahwa
Indonesia tidak akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel selama Palestina
belum merdeka,” tutur Chandra.
“Oleh sebab itu kami meminta aparat
keamaanan mengambil tindakan tegas, tangkap provokator dan pelaku penganiayaan.
Jangan sampai kericuhan ini berkembang dan mengarah isu SARA. Terlalu mahal
harganya,” pungkasnya. (wartakota)