SANCAnews.id – Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli
Bahuri ngotot sekali mentersangkakan Anies Baswedan dalam kasus Formula E. Hal
ini disebut Pengamat Politik Tony Rosyid karena ada kekuatan dan perintah besar
atas hal tersebut.
Menurutnya, buntut dari dikembalikannya Brigjen Endar Priantoro yang semula menduduki posisi Direktur Penyelidikan KPK. Dan berikut analisis dari Tony Rosyid dalam polemik Firli dan Polri yang kaitannya dengan Anies Baswedan.
"Ketika hukum dijadikan
peluru kekuasaan, ketika hukum dijadikan alat sandera, dan ketika hukum
digunakan sebagai sarana untuk menghabisi langkah musuh, maka bersiap-siaplah
untuk menunggu ledakan yang akan berpotensi memporak-porandakan negeri. Hanya
tinggal menunggu momentum dan waktu. Itulah hukum sosial dan politik,"
katanya.
Firli saat ini harus menanggung risiko sendirian. Para pegawai KPK yang tidak terima dan protes atas pemecatan terhadap sejumlah penyidik senior mereka. Firli juga dihujat publik karena dianggap ikut terlalu aktif bermain politik praktis.
"Publik tahu siapa di balik
Firli. Operasinya atas ijin dan perintah siapa. Sebab, kenekatan Firli yang
ngotot ingin mentersangkakan Anies akan menghadapi risiko besar," sambung
ia
Karena itu, butuh kekuatan besar.
Firli tidak akan berani ambil risiko tanpa dukungan kekuatan yang besar. Ada
orang-orang besar di belakang Firli. Firli, boleh dibilang, hanya operator yang
kebetulan ia diperintah menjadi Ketua KPK.
Dalam proses menuju "kasuisasi Formula E" ada tim pemantau yang terus mengkalkulasi dampak sosial-politiknya. Mereka terdiri dari orang-orang terlatih yang sangat profesional membidangi ilmu "social movement" dan "transformasi sosial". Mereka hitung dengan cermat, kira-kira kalau Anies tersangka, seberapa besar ledakannya. (suara)