SANCAnews.id – Politik saling sandera nampaknya menjadi warna
tersendiri dalam perjalanan menuju Pemilu 2024. Setidaknya, dengan munculnya
wacana pembentukan koalisi besar oleh partai politik.
Keinginan itu, dikaitkan dengan
hasrat Presiden Joko Widodo dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (LBP).
Sinyal itu dibaca oleh Direktur
Gerakan Perubahan, Muslim Arbi. Katanya, indikasi untuk membentuk Koalisi
Besar, terlihat dengan menjadikan ketua umum partai politik sebagai kerbau yang
dapat dikendalikan Jokowi dan peran sentral Luhut, lantaran tersandera banyak
kasus.
"Setiap saat kalau mereka
tidak manut seperti kerbau di cucuk hidungnya, kasusnya diangkat dan itu bisa
mati kutu," ujar Muslim kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (4/4).
Bahkan, sambungnya, baru-baru ini
Jokowi hadir berkumpul di kantor DPP PAN, bersama lima ketua umum parpol
koalisi pemerintah.
Pertemuan itu, dianggap sebagai
buah gagasan oleh Presiden Jokowi dan Luhut agar Koalisi Indonesia Bersatu
(KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, PAN, dan PPP bergabung dengan Koalisi
Indonesia Raya (KIR) yang terdiri dari Partai Gerindra dan PKB.
Muslim pun mengingat bahwa ekonom
senior Rizal Ramli (RR) pernah menyampaikan, gaya politik Luhut adalah
memanfaatkan orang-orang yang bermasalah agar nurut seperti kerbau.
"Itu berbahaya. Para ketum
yang tersandera oleh kasusnya akan jadi ketum penakut dan akan jadi penurut
selamanya. Apakah gaya politik semacam itu yang mau dibentuk dari koalisi besar
yang dibentuk oleh Jokowi dan LBP?" kata Muslim.
Jika hal itu terjadi, masih kata
Muslim, Jokowi dan Luhut ingin membentuk pemerintahan mafia yang dikepalai oleh
keduanya.
"Itu sangat jauh dan
bertentangan dengan esensi perpolitikan yang dikehendaki oleh konsitusi dan
bertentangan kaidah perpolitikan akal sehat," tandasnya. (*)