SANCAnews.id – Kegagalan negosiasi penurunan bunga utang Indonesia
terhadap China dalam megaproyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) membuktikan
pemerintah masih lemah.
"Inilah kelemahan pemerintah
dalam menarik investor yang dikerjasamakan dengan BUMN. Akibat dari kejar
kuantitas bukan kualitas, terburu-buru," tegas Anggota Komisi VI DPR RI,
Herman Khaeron kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (13/4).
Sejak awal, Legislator Fraksi
Demokrat ini menyayangkan pemerintah memilih China untuk menjadi investor
kereta cepat tersebut. Padahal, dulu masih ada negara lain yang berminat untuk
menggarap megaproyek ambisi Presiden Joko Widodo ini. Salah satunya Jepang.
"Akhirnya proyek kereta
cepat China lebih mahal daripada kereta cepat Jepang. Imbasnya, BUMN saat ini
terdampak kinerja keuanganya," ujarnya.
Pandangan Herman, kondisi saat
ini terjadi karena pemerintah tidak cermat dalam menghitung dan mengambil keputusan
dalam proyek KCJB. Hal itu sudah terlihat sejak awal, yang diklaim menggunakan
anggaran swasta tapi kini justru menguras APBN.
"Pada akhirnya juga APBN
tersedot kereta cepat. Semestinya melalui kajian yang komprehensif dan dihitung
betul untung ruginya," demikian Herman Khaeron. (*)