SANCAnews.id – Presiden Joko Widodo dan Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, dianggap menjerumuskan
Indonesia masuk jebakan utang China.
Pernyataan itu disampaikan
Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi, menanggapi kegagalan Luhut negosiasi
China agar suku bunga pinjaman untuk proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB)
menjadi 2 persen. Karena gagal, suku bunga pinjaman tetap 3,4 persen.
"Luhut gagal nego China
turunkan bunga pinjaman kereta cepat. Luhut dan Jokowi harus tanggung jawab!
Mengapa? Dari awal proyek ini sudah tidak disetujui Menhub Ignasius Jonan, yang
akhirnya ditendang," tegas Muslim, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu
(12/4).
Dia melihat, proyek KCJB
merupakan proyek ugal-ugalan, tanpa studi dan perencanaan matang. Apalagi
Jokowi dan Luhut tidak mau terima kritikan dari para pakar, akademisi, dan
aktivis, saat perencanaan proyek itu.
"Jokowi dan Luhut telah
menjerumuskan negara masuk dalam jebakan utang China atau China debt trap,
sebagaimana dialami negara-negara Afrika dan Asia lainnya," kata Muslim.
Dia juga mengaku heran dengan
pemerintah yang tidak memilih Jepang terkait proyek KCJB. Padahal, kata dia,
Jepang memberi suku bunga rendah dan memberikan waktu lebih singkat dibanding
China.
"Sedangkan proyek itu
sekarang mangkrak. Tambah jadi beban utang dan beban negara. Kegagalan Luhut
nego turunkan bunga kereta cepat, bukti kegagalan Jokowi dan Luhut dalam proyek
KCJB. Proyek ini bentuk pengkhianatan keuangan negara. Negara di bawah Jokowi
dan Luhut di bawah tekanan China," pungkas Muslim. (*)