SANCAnews.id – Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) tengah
menjadi sorotan publik lantaran Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi, Luhut Panjaitan gagal melobi China untuk menurunkan bunga utang
menjadi 2 persen. Namun terlepas dari itu, KCJB dinilai sebagai proyek yang
ngawur sejak awal.
Koordinator Gerakan Indonesia
Bersih (GIB) Adhie M. Massardi menilai ide pembangunan proyek KCJB tidak
berdasar kepentingan mendesak warga. Proyek ini sebatas mercusuar yang tanpa
perhitungan alias ngawur.
“Sejak awal ini memang ide
ngawur. Siapa dan untuk apa orang perlu secepat itu ke Bandung dan sebaliknya
dari Bandung ke Jakarta,” tanyanya kepada redaksi, Minggu (16/4).
Menurutnya, keberadaan jalan tol
sudah cukup bagi masyarakat untuk berpindah dari Jakarta ke Bandung. Sementara
mayoritas lalu lintas dari Jakarta ke Bandung dilakukan untuk wisata di hari
libur.
“Nah, sialnya sudah tahu ngawur
yang punya otoritas politik kok diam?” sambungnya.
Proyek KCJB mulai dibangun pada
pada 2016 dan ditargetkan rampung pada 2018 sehingga bisa mulai beroperasi pada
2019. Namun demikian, progres pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung belum
juga sempurna hingga April 2023. Ditargetkan KCJB akan diresmikan pada Agustus
2023.
Awalnya, proyek ini diperkirakan
menelan biaya Rp 86,67 triliun. Namun pada 2021 terjadi pembengkakan atau cost
overrun (kelebihan biaya) menjadi Rp 114,24 triliun. Adapun komposisi
pembiayaan proyek ini adalah 75 persen berasal dari pinjaman melalui China
Development Bank (CDB) dan sisanya merupakan setoran modal dari konsorsium dua
negara yaitu Indonesia-China.
Pembagiannya, konsorsium BUMN
Indonesia menyumbang 60 persen dan 40 persen berasal dari konsorsium China.
Tercatat pinjaman Indonesia ke CDB mencapai Rp 8,3 triliun. Utang itu akan dipakai
untuk pembiayaan pembengkakan biaya kereta cepat.
Sedangkan bunga yang ditawarkan
oleh China mencapai 3,4 persen per tahun dengan tenor selama 30 tahun. (rmol)