SANCAnews.id – Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun mengkritisi
keputusan Anies Baswedan yang bakal melanjutkan program kerja Presiden Joko
Widodo (Jokowi). Salah satunya, yaitu program Ibu Kota Nusantara (IKN).
Menurutnya, apabila Anies
melanjutkan program tersebut, maka ia tidak ada bedanya dengan Jokowi dan
penerus sang presiden. Apalagi, Anies merupakan antitesa dari Jokowi yang
seharusnya membawa perubahan.
"Kalau misalnya Anies
melanjutkan program Jokowi, apa bedanya dengan Jokowi atau penerus Jokowi yang
dianggap kurang lebih sama seperti Ganjar atau Prabowo Subianto?" ujar
Refly, dikutip dari akun YouTube-nya, Selasa (28/2/2023).
"Justru kalau kita
menganggap pemerintahan sekarang gagal, kita ingin ada pemerintahan yang
antitesis. Tapi sekali lagi double c-nya. Tidak dibuang semua, dua-duanya harus
dipakai, jadi change and continity," terangnya.
Refly menyarankan Anies untuk
mengubah apa yang semestinya diubah dalam proyek pembangunan IKN. Jangan sampai
rakyat dituntut untuk buru-buru pindah ke ibu kota yang baru.
"Jadi mana yang harus diubah
ya diubah, tidak dilanjutkan. Tapi mana yang harus dilanjutkan, harus
dilanjutkan. Termasuk nanti IKN. Mungkin saja pembangunan IKN itu terus
berlangsung tetapi tidak diburu. Jadi dia pakai pembangunan jangka panjang yang
lebih terencana," tuturnya.
Dia memprediksi tidak banyak
masyarakat yang mau pindah ke IKN sebab pembangunan kotanya belum seratus
persen rampung. Menurut Refly, harus ada pembentukan kebudayaan dan habitat
baru di sana.
"Tapi kalau pindah buru-buru
tahun 2024, dipaksakan kemudian dianggap nanti ada upacara bendera di sana,
kita lihat siapa yang mau pindah di sana. Siapa yang mau stay di sana? nggak
ada yang mau," pungkasnya.
"Ibaratnya begini, kota itu
harus bau manusia dulu. Pengertian bau manusia adalah interaksi antar manusia
itu sudah berjalan bertahun-tahun membentuk kebudayaan, membentuk habit,
membentuk lingkungan yang baru." (kontenjatim)