SANCAnews.id – Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku sedih
ketika mengetahui belanja iklan media konvensional semakin berkurang karena
telah diambil oleh media digital platform asing.
"Keberlanjutan industri
media konvensional juga menghadapi tantangan berat. Saya mendengar banyak
mengenai ini, bahwa sekitar 60 persen belanja iklan telah diambil oleh media
digital terutama platform-platform asing," kata Jokowi dalam sambutannya
pada Puncak Peringatan Hari Pers Nasional Tahun 2023 di Medan, Sumatera Utara,
Kamis, 9 Februari 2023.
Jokowi mengatakan bahwa pada
akhirnya sumber daya keuangan media konvensional akan terus berkurang. Hal
inilah yang akan menyulitkan media dalam negeri.
"Sumber daya keuangan media
konvensional akan berkurang terus. Larinya pasti ke sana. Dan sebagian sudah
mengembangkan diri ke media digital, tetapi dominasi platform asing dalam
belanja iklan telah menyulitkan media dalam negeri kita," katanya.
Pernyataan Jokowi tak berlebihan.
Pasalnya, sebagai gambaran, pada 2022 TikTok secara global berhasil meraup
iklan sebesar Rp 158 triliun. Bandingkan dengan total belanja iklan media di
Indonesia hanya Rp 135 triliun pada tahun yang sama.
Iklan TikTok tembus Rp 158 miliar
Perusahaan riset Insider
Intelligence, seperti dikutip dari Reuters pada Selasa, 12 April 2022
menyebutkan pendapatan iklan aplikasi berbagi video TikTok secara global
diperkirakan meningkat tiga kali lipat pada 2022, menjadi lebih dari US$ 11
miliar atau sekitar Rp 158 triliun.
Angka tersebut melebihi
pendapatan gabungan dari saingannya, Twitter, dan Snap. Twitter dan Snapchat
masing-masing diprediksi menghasilkan US$ 5,58 miliar dan US$ 4,86 miliar dari
pendapatan iklan pada 2022. Nilai gabungan kedua aplikasi masih kurang dari
yang diproyeksikan untuk TikTok.
TikTok, yang dimiliki oleh
perusahaan Cina ByteDance, merupakan salah satu aplikasi media sosial paling
populer di dunia dengan lebih dari 1 miliar pengguna aktif.
Pendapatan iklan media digital terus
meningkat hingga jumlahnya mendekati bahkan melampaui media konvensional.
Mengutip Statista, pendapatan iklan Google Search sepanjang 2021 saja sudah
mampu mencapai US$ 146 miliar.
Angka tersebut mendekati
pendapatan iklan televisi global yang sebesar US$ 171 miliar, serta jauh
melampaui media tradisional lain seperti media iklan luar ruangan (out-of-home
advertising), koran, dan radio.
Sementara pendapatan iklan Google
Network sebesar US$ 31,4 miliar, Amazon US$ 31,1 miliar, sementara surat kabar
hanya sebesar US$ 29,5 miliar.
Adapun pendapatan iklan Meta,
perusahaan induk Facebook, WhatsApp, dan Instagram, tercatat sebesar US$ 115
miliar pada 2021.
Agensi iklan Zenith
memproyeksikan pendapatan iklan media sosial akan mencapai US$ 177 miliar pada
2022. Tahun ini diperkirakan akan menjadi kali pertama di mana pendapatan iklan
media sosial mampu melampaui televisi.
Kesenjangan pendapatan iklan
media digital dan media tradisional juga diperkirakan akan terus melebar dalam
tahun-tahun mendatang. Zenith memprediksi cakupan iklan digital akan menembus
61,5 persen pada 2022 dan meningkat lagi menjadi 65,1 persen pada 2024.
Belanja iklan di Indonesia Rp 135 triliun
Sementara di Indonesia, Nielsen
mencatat belanja iklan pada semester pertama 2022 hanya mencapai Rp 135
triliun. Nielsen mencatat angka belanja iklan berdasarkan gross rate card yang
tidak termasuk diskon, promo, paket, dan lain-lain.
Nilai ini meningkat 7 persen dari
Rp 127 triliun pada semester pertama 2021. Nielsen memonitor 15 stasiun televisi,
161 media cetak, 104 radio, 200 situs, 3 media sosial, dan iklan reklame di
Jakarta. Belanja iklan masih didominasi untuk televisi sebesar 79,7 persen.
Director Client Lead Nielsen
Indonesia Selly Putri mengatakan, berdasarkan laporan Nielsen Ad Intel, TV
masih mendominasi dengan porsi belanja iklan mencapai Rp 107,5 triliun.
"Kemudian diikuti digital
yang meningkat 15,2 persen dengan kenaikan lebih dari 6 persen dengan belanja
iklan mencapai Rp 20,5 triliun. Namun, terjadi kontraksi pada media cetak 4,8
persen dan radio 0,3 persen," kata Selly di Jakarta, Kamis, 11 Agustus
2022.
Selly menambahkan, terjadi peningkatan jumlah kreatif iklan sebesar 40 persen yang didominasi oleh iklan-iklan digital dengan masa tayang pendek. (tempo)