Oleh: M Rizal Fadillah
Pemerhati
Politik dan Kebangsaan
MEMBACA dan melihat sepak terjang
dan gaya politik Prabowo Subianto akhir-akhir ini maka rasanya bersyukur juga
Prabowo pada Pilpres 2019 tidak berhasil menjadi Presiden Republik Indonesia.
Bukan berarti gembira Jokowi menang akan tetapi sikap anti rakyat Jokowi jauh
lebih jelas ketimbang Prabowo. Prabowo abu-abu.
Ketika yang bersangkutan siap
menerima jabatan Menteri dan masuk dalam Kabinet Jokowi maka goresan buruk
karakter mulai tercatat. Ia tidak peduli dengan tangisan dan perasaan pendukung
yang berjuang mati-matian untuk Prabowo. Merasa terkhianati. Kecurangan Pilpres diterima demi status Menteri.
Berkali-kali memuji habis-habisan
Jokowi mulai dari pekerja keras, selalu memikirkan rakyat hingga memberi
predikat sebagai Presiden terbaik. Untuk Jokowi ia bersyahadat. Orang menyebut
Prabowo bagai penjilat yang berubah dari macan menjadi meong. Galak dan gebrak
mimbar Prabowo dulu hanya monumen.
Tidak sedikitpun simpati Prabowo
pada pendukungnya yang menjadi pesakitan
di rezim Jokowi. Tokoh KAMI yang dipenjara, HRS dan enam laskar terbunuh keji
lewat begitu saja. Belum aktivis di daerah yang "la salam wala
kalam". Tak sepatah katapun terucap simpati apalagi membela. Rakyat
melihat orientasi hanya pada jabatan dan ketakutan. Presiden menjadi impian.
Terakhir ia mendekat pada
keluarga Jokowi. Gibran, Kaesang dan Bobby ditempel rapat. Langkah mengerikan
dari sang jagoan yang mantan Danjen Kopassus. Prabowo dukung Gibran untuk
Gubernur Jateng atau DKI, Prabowo mendukung pula Bobby maju Gubernur Sumut.
Meski untuk ini agak kikuk dengan Edy Rahmayadi Gubernur yang kader Gerindra
sendiri.
Prabowo senang mendengar Kaesang
terjun ke politik dan bahagia jika masuk ke Partai Gerindra. Kaesang yang baru
saja menikah ala anak raja dengan kawalan ribuan tentara dan polisi tampaknya
akan didorong untuk Walikota Solo menggantikan Gibran. Jika demikian maka
Prabowo adalah pendukung nepotisme.
Ditunggu Prabowo bersilaturahmi
ke ipar Jokowi Anwar Usman Ketua MK untuk jaga-jaga jika proses Pilpres masuk
ke Mahkamah Konstitusi.
Prabowo tidak layak untuk jadi
Presiden di negeri demokrasi. Karenanya ada hikmah besar bahwa ia tidak menjadi
Presiden pada Pilpres 2019 dan Pilpres sebelumnya.
Prabowo memang tidak lebih bagus
dari Jokowi.
(Bandung, 30 Januari 2023)