SANCAnews.id – Pada tahun 2019 Presiden Joko Widodo atau Jokoi
mengumumkan hajat besar pemerintah yakni memindahkan Ibu Kota Negara (IKN) ke
Kalimantan dengan nama Nusantara.
Perpindahan ibu kota ini
mengundang berbagai pro dan kontra, namun pemerintah tampaknya ngotot dan
menerbitkan Undang-undang IKN sebagai dasar pembangunan IKN tersebut.
Rupanya, IKN yang diimpikan oleh
Jokowi memiliki kesamaan dengan kota baru yang tengah dibangun di China oleh
Presiden Xi Jinping.
Xi Jinping membangun proyek kota
baru untuk solusi penumpukan populasi di Beijing, sama halnya dengan alasan
pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan.
Presiden Joko WIdodo (kanan)
berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping (kiri) saat pertemuan
bilateraL usai digelarnya KTT G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Bali, Rabu
(16/11/2022). [ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Akbar Nugroho Gumay/nym].
Presiden Joko WIdodo (kanan)
berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping (kiri) saat pertemuan
bilateraL usai digelarnya KTT G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Bali, Rabu
(16/11/2022). [ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Akbar Nugroho Gumay/nym].
Xi Jinping membangun kota baru di
daerah Xiongan sejak 2017 dengan konsep technology and green environment. Hal
ini yang disebut-sebut hampir mirip dengan IKN besutan Jokowi.
"Mirip, jadi Xiongan
konsepnya technology and green environment, dan IKN konsepnya smart forest
city," kata sosiolog Sulfikar Amir dalam perbincangannya di Total Politik
yang tayang Rabu (4/1/2022).
Menurut Sulfikar, video demo dari
Xiongan dan IKN juga hampir mirip dengan konsep yang tak jauh berbeda.
Menariknya, menurut Sulfikar Jokowi sempat bertemu dengan Xi Jinping sebelum
mengumumkan tentang IKN.
"Ada satu hal yang menarik,
pada April 2017 Xi Jinping menyampaikan proyeknya, Mei 2017 dia mengundang
pemimpin-pemimpindan di situ dia ketemu siapa? Jokowi Mei 2017," ungkap
Sulfikar.
"Dua tahun setelah Jokowi
bertemu Xi dia mengumumkan satu proyek bernama IKN, cuman ya begitu, bedanya
Beijing punya banyak duit jadi mereka tidak terlalu tergantung pada
investor," tuturnya. (suara)