SANCAnews.id – Dari rezim ke rezim terdapat perbedaan mencolok dan
karakteristik kepemimpinan nasional. Pada era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),
perpolitikan tanah air seperti kehilangan modal sosial. Sementara rezim Joko
Widodo (Jokowi), perpolitikan nasional cenderung menghabisi intelektualitas.
Begitu disampaikan Jurubicara Gus Dur, M Adhie Massardi dalam serial diskusi yang diselenggarakan Kantor Berita Politik RMOL bertajuk “Perppu Ciptaker & Ribut-ribut Murid Gus Dur”, di Kopi Timur, Jakarta Timur, pada Kamis (12/1).
“Era SBY itu, dunia politik
kehilangan modal sosial, era Jokowi modal intelektualnya dihancurin dibunuh
sehingga politik kita betul-betul akan sial dan modal akal-akalan,” kata Adhie.
Atas dasar itu, Koordinator
Gerakan Indonesia Bersih (GIB) ini menilai perseteruan antara Menko
Perekonomian era Presiden Abdurrachaman Wahid atau Gus Dur, Rizal Ramli dengan
Menko Polhukam Mahfud MD di Twitter terkait penerbitan Perppu Cipta Kerja
menjadi momentum bahwa intelektualitas benar-benar dihabisi.
“Dalam konteks itu saya melihat
bahwa Pak Mahfud modal intelektualnya tergerus oleh rezim ini. Yudi Latief juga
pernah bilang bahwa rezim Jokowi anti-intelektualisme,” kata dia.
Menurut Adhie, Rizal Ramli
mengkritik pemerintah melalui Mahfud MD agar para intelektual sekalipun dia di
pemerintahan tetap menjadi intelektual sejati yang menjunjung tinggi
intelektualisme.
“Bang Rizal Ramli melihat di situ
(pemerintah) kan ada sahabatnya dia, harusnya dia mengingatkan tapi Pak Mahfud
kan dia ada di dalam pemerintahan kan enggak mungkin menyalahkan bos. Nah,
pandangan inilah yang kemudian digugat oleh RR dengan mazhab intelektual yang
menjunjung tinggi kebenaran dan moral,” pungkasnya. (*)