SANCAnews.id – Wacana perpanjangan masa jabatan presiden terus bergulir, sejumlah pejabat publik mulai dari menteri Kabinet Indonesia Maju hingga Ketua DPD dan MPR RI mengusulkannya.

 

Pakar Hukum Tata Negara Feri Amsari membandingkan sikap Jokowi dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika merespons wacana tiga periode tersebut.

 

Menurutnya, ada perbedaan yang mencolok antara kedua pemimpin negara tersebut. SBY saat menjadi presiden dipenghujung masa jabatannya dengan tegas menolak wacana tiga periode.

 

"Pak SBY itu di akhir masa periode keduanya juga tawarkan perpanjangan (masa jabatan), tetapi beliau berpidato mengatakan tidak cukup! Nah inilah contoh negarawan," tegas Feri dikutip dari YouTube CNNIndonesia, Selasa (13/12/2022).

 

Dosen Universitas Andalas itu mengatakan SBY kala itu tidak tergoda dengan rayuan perpanjangan masa jabatan presiden. Baik itu godaan berkaitan dengan klaim kepercayaan publik atau apapun itu alasannya.

 

Feri berharap sikap negarawan SBY itu dicontoh oleh Presiden Jokowi. Ia meminta Jokowi berpidato menyatakan dengan tegas menolak wacana tiga periode atau penundaan pemilu.

 

"Ini jadi catatan penting bagi Pak Jokowi. Presiden harus segera berpidato, sama sekali tidak boleh mengkhianati konstitusi ketika masa politik Pemilu sedang berjalan," tegas Feri.

 

Sementara itu, sikap Presiden Jokowi dalam menanggapi wacana tiga periode atau penundaan pemilu dinilai bersayap. Ia tidak pernah dengan tegas menolak wacana tersebut.

 

"Konstitusi tidak membolehkan. Sudah jelas itu. Saya akan selalu taat pada konstitusi dan kehendak rakayat. Saya ulangi, saya akan taat konstitusi dan kehendak rakyat," ujar Jokowi pada Senin (29/8) lalu.

 

Wacana Pemilu Ditunda

 

Penundaan Pemilu terus diwacanakan oleh sejumlah pejabat publik mulai dari Menteri, Ketua Umum Partai, hingga Ketua DPD.

 

Kekinian wacana penundaan Pemilu itu dilontarkan oleh Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet).

 

Dia menyebut, Indonesia saat ini tengah memasuki masa peralihan dan pemulihan ekonomi pasca pandemi, sehingga menurutnya pelaksanaan Pemilu 2024 harus dipikirkan ulang.

 

"Ini juga harus dihitung betul apakah momentumnya tepat dalam era kita tengah berupaya melakukan recovery bersama terhadap situasi ini, dan antisipasi, adaptasi terhadap ancaman global seperti ekonomi, bencana alam," ujar pria yang akrab disapa Bamsoet itu dalam diskusi yang digelar Poltracking Indonesia, Kamis (8/12).

 

Tak hanya itu, dia juga menyinggung ihwal perpanjangan masa jabatan presiden yang dalam beberapa waktu terakhir banyak menuai pro-kontra di masyarakat.

 

"Kita tau deras sekali pro kontra di masyarakat ada yang memperpanjang, ada yang mendorong tiga kali, tapi terlepas itu saya sendiri ingin tau keinginan publik yang sesungguhnya ini apa. Apakah kepuasan ini ada korelasinya dengan keinginan masyarakat beliau tetap memimpin kita dalam masa transisi ini," kata Bamsoet. (populis)

Label:

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.