SANCAnews.id – Sejumlah negara di dunia telah memberlakukan
pengetatan pada pelancong China di tengah lonjakan kasus COVID-19 di negara
tersebut. Beijing melonggarkan aturan pengetatan COVID-19 yang membuat warganya
berbondong-bondong pergi ke luar negeri. Bagaimana Indonesia?
China tiba-tiba mencabut banyak pembatasan COVID-19 yang keras setelah protes nasional dan mengalami lonjakan infeksi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Padahal virus corona sekarang menyebar tidak terkendali di negara berpenduduk 1,4 miliar jiwa itu.
Bahkan kasus infeksi yang
meningkat ini membebani sistem kesehatannya. Banyak rumah sakit kewalahan
sementara pekerja rumah duka melaporkan lonjakan permintaan untuk layanan
mereka.
Akibat pencabutan pembatasan
COVID-19, seperti ditulis Inilah.com, Rabu (28/12/2022), warga China mulai
merencanakan perjalanan ke luar negeri. Data dari platform perjalanan Ctrip
menunjukkan bahwa dalam setengah jam setelah munculnya berita pelonggaran
pembatasan perbatasan, pencarian tujuan lintas batas populer telah meningkat 10
kali lipat. Makau, Hong Kong, Jepang, Thailand, dan Korea Selatan adalah yang
paling dicari.
Data dari platform lain, Qunar,
menunjukkan bahwa dalam 15 menit setelah berita, pencarian penerbangan
internasional melonjak tujuh kali lipat, dengan Thailand, Jepang, dan Korea
Selatan di urutan teratas.
Negara-negara di dunia khawatir
kedatangan pelancong China di tengah tingginya kasus COVID-19 di Beijing ini
akan berimbas ke negaranya. Hal ini mengingat hampir semua negara sudah
mengalami penurunan kasus COVID dan bersiap mengakhiri pandemi.
Parahnya lagi, informasi tentang
kasus COVID di China sangat kurang setelah negara itu menghentikan
pelaporannya. China telah menolak kritik terhadap statistiknya dan mengatakan
pihaknya memperkirakan mutasi di masa depan berpotensi lebih ganas tetapi tidak
terlalu parah.
Beberapa negara, mengutip
Reuters, sudah terang-terangan menerapkan kewaspadaan terhadap para pelancong
dari China tersebut.
Amerika Serikat
Negara Paman Sam ini akan
memberlakukan tes COVID-19 wajib pada pelancong dari China mulai 5 Januari.
Semua penumpang pesawat berusia 2 tahun ke atas harus mengantongi hasil tes
negatif tidak lebih dari dua hari sebelum keberangkatan dari China, Hong Kong,
atau Makau.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit AS (CDC) juga mengatakan orang Amerika juga harus mempertimbangkan
kembali perjalanan ke China, Hong Kong, dan Makau.
India
India mewajibkan tes negatif
COVID-19 untuk penerbang dari China, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan,
Singapura, dan Thailand mulai 1 Januari 2023, kata menteri kesehatan, Kamis
(29/12/2022). Penumpang dari negara-negara tersebut akan dikarantina jika
menunjukkan gejala COVID-19 atau dinyatakan positif.
Jepang
Jepang akan mewajibkan tes
COVID-19 negatif pada saat kedatangan untuk pelancong dari China daratan.
Mereka yang dites positif akan diminta untuk karantina selama tujuh hari.
Tindakan perbatasan baru untuk China akan mulai berlaku pada tengah malam
tanggal 30 Desember 2022.
Pemerintah Jepang akan membatasi
permintaan maskapai penerbangan untuk memperbanyak penerbangan ke China.
Pemerintah Hong Kong telah meminta Jepang untuk mencabut pembatasan yang
mengharuskan penerbangan penumpang dari pusat keuangan itu mendarat di empat
bandara yang ditunjuk Jepang, dengan mengatakan keputusan itu akan memengaruhi
sekitar 60.000 penumpang.
Italia
Negara ini telah memesan antigen
COVID-19 dan pelacakan virus untuk semua pelancong yang datang dari China.
Bandara utama Milan, Malpensa, sudah mulai menguji penumpang yang datang dari
Beijing dan Shanghai.
“Langkah itu penting untuk
memastikan pengawasan dan deteksi kemungkinan varian virus untuk melindungi
populasi Italia,” kata menteri Orazio Schillaci, saat mengumumkan pengujian
wajib bagi penumpang.
Taiwan
Pusat Komando Epidemi Pusat,
Taiwan mengatakan semua penumpang yang tiba dengan penerbangan langsung dari
China, serta dengan kapal di dua pulau lepas pantai, harus menjalani tes PCR
pada saat kedatangan. Taiwan akan menguji pendatang dari China untuk COVID-19
mulai 1 Januari 2023.
Filipina
Negara Asia Tenggara itu ‘sangat
berhati-hati’ dan dapat memberlakukan langkah-langkah seperti persyaratan
pengujian pada pengunjung dari China, tetapi bukan larangan langsung, kata
Menteri Transportasi Jaime Bautista pada hari Rabu (28/12/2022).
Perancis
Kepala komite risiko kesehatan
Prancis mengatakan pada Kamis (29/12/2022) bahwa negara tersebut tidak perlu
memberlakukan kontrol perbatasan sebagai reaksi terhadap lonjakan infeksi
COVID-19 di China.
Brigitte Autran – yang memberi
nasihat kepada pemerintah tentang risiko epidemiologis – mengatakan bahwa untuk
saat ini ‘situasinya terkendali’ dan tidak ada tanda-tanda varian baru COVID-19
yang mengkhawatirkan di China.
Inggris
Inggris tidak memiliki rencana
untuk mengembalikan pengujian COVID-19 bagi mereka yang datang ke negara itu,
kata seorang juru bicara pemerintah pada hari Kamis, ketika ditanya tentang
laporan Daily Telegraph yang mengatakan akan mempertimbangkan pembatasan
kedatangan dari China.
Australia
Negara itu mengatakan tidak akan
mengubah aturannya tentang mengizinkan pelancong dari China masuk. “Tidak ada
perubahan dalam saran perjalanan saat ini tetapi kami terus memantau
situasinya, karena kami terus memantau dampak COVID-19 di sini, di Australia dan
juga di seluruh dunia,” kata Perdana Menteri Anthony Albanese.
Bagaimana Indonesia?
Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
RI telah mengidentifikasi penyebaran subvarian baru Omicron BF.7 di Indonesia.
Setidaknya terdapat 15 kasus COVID-19 yang disebabkan oleh subvarian baru
tersebut.
Subvarian BF.7 merupakan
kependekan dari subvarian BA.5.2.1.7 yang menjadi sublineage dari varian
Omicron BA.5. Subvarian baru ini telah menjadi salah satu penyebab dari
lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di China.
“BF.7 ini sudah kita lihat di
Indonesia, sudah ada. Ada 15 kasusnya,” ujar Budi Gunadi Sadikin, Menteri
Kesehatan RI, Kamis (29/12/2022).
Kendati demikian, Budi
menyampaikan subvarian BF.7 ini belum berpengaruh besar pada penambahan kasus
harian COVID-19. Menurutnya, kenaikan subvarian BF.7 di Indonesia sangatlah
kecil.
Di sisi lain, Budi memastikan
bahwa Indonesia kini telah berhasil melewati puncak gelombang dua varian
COVID-19 terdahulu, yakin subvarian Omicron XBB, BQ.1, dan BA.5.
Namun, pemerintah Indonesia belum
melakukan antisipasi dan perhatian serius terhadap kemungkinan kedatangan warga
China membawa virus COVID-19 ke Indonesia. Tidak ada perubahan pada aturan
COVID-19 untuk pelancong dari China di Indonesia.
Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku
Adisasmito mengatakan Indonesia tidak memiliki rencana untuk memperketat
pembatasan bagi wisatawan dari China. Menurutnya, Indonesia tetap
mempertahankan kebijakan COVID-19 yang lebih longgar untuk pengunjung
internasional, meskipun ada lonjakan kasus COVID-19 baru-baru ini.
Aturan yang berlaku saat ini
hanya meminta para wisatawan yang datang dari luar negeri untuk menunjukkan
bukti vaksinasi lengkap COVID-19.
Sebelumnya, pemerintah mewajibkan
para wisatawan untuk melakukan tes PCR termasuk bagi mereka yang telah
divaksinasi penuh. Kini, aturan tersebut hanya diberlakukan bagi wisatawan
dengan gejala COVID-19.
“Tidak perlu segera mengubah
kebijakan yang ada, tetapi kami akan terus memantau situasinya,” kata Wiku
mengutip Bloomberg, Kamis (29/12/2022).
Presiden Joko Widodo sudah
mengungkapkan kemungkinan menghentikan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) pada akhir 2022 dengan alasan merujuk pada tingkat penularan
kasus COVID-19 di Indonesia yang semakin menurun.
Semoga aturan yang tidak berubah
terhadap pendatang China ke Indonesia ini tidak menjadikan kasus COVID-19
kembali melonjak. (*)