SANCAnews.id – Video Ketua Umum Partai
Republik Satu, Hasnaeni Moein atau dikenal “Wanita Emas" baik itu
pengakuan ataupun klarifikasi atas isu dugaan pelecahan terhadap dirinya oleh
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Hasyim Asyari, tidak bisa dianggap
biasa-biasa saja.
Pasalnya, kata
Profesor Suparji Ahmad, video Hasnaeni menyangkut kepercayaan publik ke
demokrasi Indonesia setelah menyeret nama ketua KPU RI sebagai regulator pada
Pemilu 2024.
"Ada
beberapa konstruksi hukum yang perlu ditindaklanjuti. Kondisi kemungkinan yang
memungkinkan membuat video dan disebar, ini patut dipertanyakan," kata
Suparji
"Tahanan
bisa bikin video dan disebar. Menengok tahanan, alat komunikasi disimpan,"
imbuhnya.
Pertanyaan
lainnya, kata guru besar Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta adalah
soal motif pembuatan video itu. Apalagi, video itu bermuatan kata-kata sensitif
berupa pengakuan dilecehkan.
"Ini bukan
hal yang sepele karena menyangkut nama baik ketua penyelenggara pemilu. Maka
perlu sebuah kejelasan tentang kebenaran. Jangan sampai muncul fitnah,
spekulasi dan bully
Pun juga soal
video pencabutan atau klarifikasi yang juga melalui video. Dia mempertanyakan
mengapa jeda waktu video pertama dan klarifikasi begitu singkat.
"Mengapa
bisa secepat itu? Apakah betul kemarin itu karena depresi sehingga perlu
diperiksa ke psikolog dan psikiater. Jangan sampai ada tindakan pernyataan yang
merugikan pihak lain," tuturnya.
Untuk saat ini,
kata Suparji lagi, semua proses menuju Pemilu 2024 yang berjalan harus bisa
dipastikan berjalan fair.
"Keempat, tidak memperkeruh suasana ini, tapi semua harus proporsional. Jangan sampai menyebabkan seseorang teraniaya secara opini. Ini tindakan tidak fair," pungkasnya. (rmol)