SANCAnews.id – Berdasarkan catatan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jawa Barat (Jabar) sebagai
provinsi dengan frekuensi kejadian bencana alam tertinggi di Indonesia yakni
814 bencana yang dilaporkan selama periode 2022.
Selain
Jabar, terdapat provinsi lainnya seperti Jawa Tengah dengan 474 kejadian
bencana alam. Disusul Jawa Timur 393 bencana, Aceh 221 bencana, hingga Sulawesi
Selatan dengan 131 kejadian bencana sepanjang tahun ini.
"Provinsi
Jabar dan Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan kejadian bencana paling
tinggi sepanjang tahun 2022," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan
Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam acara daring yang disiarkan
melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, Senin (26/12).
Abdul
juga menyampaikan bahwa Kabupaten Bogor di Jawa Barat menjadi daerah dengan
frekuensi bencana hidrometeorologi paling tinggi di Indonesia. Dalam rentang
2012-2022 misalnya, Kabupaten Bogor mengalami 181 kejadian bencana banjir.
Melihat
kondisi itu, Abdul meminta agar pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk
sama-sama melihat kondisi lingkungan, kesiapsiagaan masyarakat, serta
ketangguhan berbasis desa dan keluarga.
"Sepanjang
2022 jumlah korban meninggal dan kerusakan rumah tertinggi juga berada di
Provinsi Jabar. Sedangkan untuk jumlah korban menderita dan mengungsi tercatat
yang tertinggi adalah di Provinsi Jawa Tengah," kata dia.
Lebih
lanjut, Abdul juga melaporkan sebanyak 49 kejadian bencana alam terjadi di Indonesia
sepanjang periode sepekan yakni 19-25 Desember 2022. Ia menyebut kejadian
bencana alam yang mendominasi adalah cuaca ekstrem, banjir, dan tanah longsor.
Rinciannya,
bencana banjir terjadi sebanyak 25 kali, tanah longsor lima kali, cuaca ekstrem
16 kali. Sementara itu gempa bumi terjadi sebanyak satu kali, dan gelombang
pasang dan abrasi dua kali.
"Dari
dampak bencana alam tersebut menimbulkan delapan orang meninggal dunia, hilang
empat jiwa, dan mengungsi 93.064 jiwa," ujar Abdul.
Abdul melanjutkan tren bencana alam pada periode ini merupakan hidrometeorologi basah, yang dipicu oleh cuaca ekstrem, angin kencang dan hujan deras. Dengan demikian, ia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana alam yang diprediksi masih terus berlangsung hingga periode Nataru. (law-justice)