SANCAnews.id – Presiden Joko Widodo
dianggap gagal dalam pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
Alasannya, karena Indonesia sebagai tuan rumah kurang tampil dominan. G20
justru terlihat berubah menjadi panggung untuk Amerika Serikat (AS) dan China.
Sementara seruan Jokowi gagal mendamaikan antara Rusia dan Ukraina.
Direktur
Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam mengatakan,
pelaksanaan G20 di Indonesia sudah gagal sedari awal. Selain hanya dihadiri
oleh 17 pemimpin negara peserta, G20 juga tidak dapat meyakinkan negara
Rusia-Ukraina untuk menghentikan perang.
"Dengan
adanya peperangan yang terus berlanjut, ditambah lagi pada saat selang G20
berlangsung terdapat rudal yang jatuh di Polandia. Berdasarkan temuan AS, rudal
tersebut ditembakkan Ukraina yang hendak menghalau rudal Rusia," ujar
Saiful kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (20/11).
Akademisi
Universitas Sahid Jakarta ini menilai, misi G20 untuk mendamaikan Rusia-Ukraina
gagal total. Apalagi, Jokowi gagal meyakinkan Presiden Rusia untuk hadir pada
gelaran acara G20, ditambah lagi tidak semua kepala negara hadir pada acara
tersebut.
"Selain
itu yang menjadi hal yang sangat krusial juga, tidak lebih acara G20 menjadi
panggung bagi negara-negara besar seperti Amerika dan China," kata Saiful.
Saiful
melihat, sangat nampak bahwa G20 hanya menjadi ajang untuk panggung bagi AS dan
China. Sementara negara-negara lain seperti ikut bawang pada gelaran tersebut.
"Terlebih
lagi rekomendasi dari G20 tidak jelas dan tidak riil. Untuk itu, saya menilai
G20 gagal total sedari awal, pada saat dan setelah pelaksanaan acara yang
menghabiskan dana sekitar Rp 526 miliar tersebut," pungkas Saiful. (*)