SANCAnews.id – Panglima Jenderal TNI Andika Prakasa akan memasuki
masa pensiun pada Desember 2022 mendatang. Hal ini yang kemudian menuai
pertanyaan soal siapa yang akan menggantikan posisi pucuk pimpinan tentara
tersebut.
Membaca siapa yang bakal dipilih
Presiden Joko Widodo atau Jokowi, tokoh demokrasi yang juga mantan menteri
Rizal Ramli menyebut ada kemungkinan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD)
Jenderal TNI Dudung Abdurachman jadi panglima.
Hal ini terkait dengan kedekatan
Jenderal Dudung dengan Megawati Soekarnoputri, "Jenderal Dudung naik salah
satunya karena kedekatan dengan Mbak Mega," ungkap Rizal Ramli dalam
perbincangannya di Total Politik.
"Karena kedekatannya dengan
Mbak Mega dan PDIP, Jenderal Dudung kan rajin banget bikin patung Bung Karno di
mana dia bertugas iya kan?" imbuhnya.
Padahal menurut Rizal Ramli,
tantangan hari ini ada di perbatasan laut, sehingga kurang cocok menempatkan
KSAD sebagai panglima.
"Mah tetapi apakah kondisi
hari ini KSAD itu bagus enggak sebagai panglima, menurut saya tantangan kita
hari ini di laut," kata Rizal Ramli.
"Potensi konflik di laut
jadi enggak cocok kalau KSAD jadi panglima, kalau Jokowi macam-macam lupakan
tantang di laut ya Jokowi cari masalah sendiri," imbuhnya.
Rizal Ramli kemudian menyebutkan
bahwa Jenderal Dudung memang semangat tinggi, namun soal prestasi dia
mempertanyakan.
"Ya kalau saya lihat Pak
Dudung orangnya si semnagar, prestasi dia yang paling besar kan nurunin baliho,
ada enggak yang lainnya? jadi maksud saya carilah yang pengalamannya
cukup," tutupnya.
Rizal Ramli dalam perbincangan
tersebut juga menyatakan adanya potensi bisikan ke Jokowi. Presiden menurutnya
bakal mendapatkan bisikan nepotisme soal siapa yang bakal diangkat jadi
panglima.
"Ini belakangan ini promosi
berdasarkan nepotisme, padahal angkatan bersenjata itu berdasarkan
profesnalisme, kapastistas, leadership, dan lainnya bukan karena anaknya
mantunya siapa," ungkap Rizal Ramli.
"Tapi hari ini kan ada yang bisikin Jokowi, mantu gua aja dah, anak gue aja dah, hei ini republik Indonesia," kata Rizal Ramli. (suara)