SANCAnews.id – Kasus tewasnya 6 laskar
Front Pembela Islam (FPI) di KM 50 pada Desember 2020 lalu, tidak mampu
menggeser posisi Inspektur Jenderal (Irjen) Fadil Imran sebagai Kapolda Metro
Jaya.
Deretan kasus
yang ditangani Irjen Fadil Imran justru berbanding lurus dengan anggota polri lainnya
yang langsung dimutasi atau digeser ke tempat lain oleh kapolri Jenderal Listyo
Sigit.
Tidak hanya
kasus KM 50, Irjen Fadil juga tidak terseret dengan kasus Ferdy Sambo.
"Agak
bingung juga ada 6 laskar FPI tewas. Kemudian kasus Sambo juga, tapi tidak
melihat itu sebagai problem," katanya dikutip dari tayangan Kanal Youtube
Refly Harun pada Selasa, (1/11/2022).
"Atau kah
jangan-jangan persepsi penegak hukum itu kasus 6 laskar FPI adalah prestasi
bukan noda," lanjutnya.
Dia melihat ada
hal aneh yang bikin Irjen Fadil begitu sulit untuk digeser-geser seperti
pemimpin polri lainnya.
Refly Harun
mencurigai Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Fadil Imran tersebut mempunyai seseorang yang
lebih kuat dari Kapolri di belakangnya.
Misalnya, kasus
Irjen Nana Sudjana yang terpaksa dicopot dari jabatannya karena dinilai lalai
dalam menegakkan protokol kesehatan di wilayah Jakarta. Saat itu melibatkan
Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab di tahun 2020.
"Tidak
menimbulkan korban jiwa bahkan cenderung ada kriminalisasi tapi-tiba tiba
diganti," ungkap dia.
Atau yang masih
hangat pencopotan Irjen Nico Afinta dari jabatannya sebagai Kapolda Jatim,
dilakukan Listyo tepat sembilan hari usai tragedi maut di Stadion Kanjuruhan,
Malang, Jawa Timur.
Dia menilai
bahwa pimpinan polri sangat berlebihan kepada anggota lain tapi tidak untuk
Irjen Fadil Imran.
"Seperti
tidak kuat tidak sanggup menggeser (dimutasi) Fadil Imran ke tempat lain.
Pertanyaanya adalah apakah Fadil Imran punya back up yang lebih hebat dari
kapolri?," tanyanya penasaran. (suara)