SANCAnews.id – Saiful Mujani, pakar politik yang juga pendiri
Saiful Mujani Research & Consulting atau SMRC menyampaikan hasil survei
mereka terhadap tiga kandidat kuat calon presiden atau Capres 2024.
Hasilnya, Gubernur DKI Jakarta
Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo cenderung dipilih oleh
pemilih yang memiliki latar belakang pendidikan lebih tingi.
"Perbedaan pendidikan sangat
berpengaruh signifikan," kata Saiful dalam paparan hasil survei secara
daring, Kamis, 27 Oktober 2022.
Ini adalah hasil survei yang
dilakukan SMRC dalam dua tahun terakhir, 2021-2022, dan melibatkan 8.000 lebih
responden. Dari survei mereka, diperoleh komposisi latar belakang pemilih yaitu
SD/SMP/tidak sekolah sebanyak 53,2 persen dan SMA/Perguruan Tinggi 46,8 persen.
Survei dilakukan terhadap tiga
nama yang jadi kandidat kuat Calon Presiden 2024. Selain Anies dan Ganjar, satu
nama lain yaitu Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Pertama yaitu Anies dengan
proporsi pemilih SMP ke bawah 20 persen dan SMA ke atas 27 persen. "Orang
yang memilih Anies itu cenderung yang berpendidikan menengah ke atas, proporsinya
lebih besar dari pemilih dengan pendidikan lebih rendah," ujarnya.
Saiful menyebut latar belakang
Anies sebagai akademisi juga jadi salah satu faktor. Selain itu, Anies juga
relatif baru di dunia politik. Sehingga, Saiful menilai orang yang pertama kali
mengenal Anies adalah kelompok berpendidikan lebih tinggi.
"Daripada masyarakat
pedesaan, di pedalaman, yang kurang akses terhadap berita, yang biasanya
pendidikannya lebih rendah," kata dia.
Kondisi yang sama juga terjadi
pada Ganjar dengan proporsi pemiih SMP ke bawah 26 persen dan SMA ke atas 31
persen. Saiful menyebut Ganjar selama ini lebih banyak berada di politik lokal
dan merupakan pendatang baru dalam konteks politik nasional seperti Anies.
"Ini terbalik dengan
Prabowo," kata Saiful. Di mana, pemilih Prabowo didominasi oleh SMP ke
bawah yaitu 36 persen dan SMA ke atas 28 persen. Kondisi ini, kata dia, bisa
terjadi karena Prabowo sudah sangat dikenal lama oleh masyarakat, termasuk
masyarakat di bawah.
Situasi ini, kata dia, membuat
pemilih Prabowo sebenarnya rentan untuk berpindah ke calon lain. Sebab, orang
yang berpendidikan tinggi lebih sulit untuk diyakinkan memilih seorang calon.
"Tidak mudah dimobilisasi," kata dia.
Sedangkan, orang yang
berpendidikan lebih rendah jadi target mobilisasi karena lebih mudah
dipengaruhi. "Jadi 36 persen (pemilih Prabowo dari SMP ke bawah) bisa jadi
lebih rendah (turun)," kata Saiful. (tempo)