OLEH: QUSYAINI HASAN

MUNDURNYA beberapa kader Partai Nasdem usai deklarasi Anies Baswedan sebagai calon presiden, tak perlu ditanggapi berlebihan. Sebab, keluar-masuknya kader di sebuah partai politik merupakan hal yang biasa.


Si A keluar dari partai B, lalu bergabung dengan partai C, juga sering kali kita jumpai karena memang jamak terjadi.


Justru dalam konteks diusungnya Anies Baswedan oleh Partai Nasdem sebagai calon Presiden, mundurnya kader yang tak suka pada Anies akan makin membuat partai besutan Surya Paloh ini makin besar.


Kelaziman ini dipertegas Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno yang menilai kejadian seperti itu sebenarnya hal yang biasa di dunia politik (Kompas 6/10/2022).

Karena itu, menurut Adi, elite Partai Nasdem bisa lebih rileks dalam menanggapi keluarnya para kader tersebut.


Apalagi, belakangan ini juga mulai banyak yang mulai mendukung Nasdem sebagai efek dari deklarasi Anies sebagai Capres.


Bahkan, agar iklim demokrasi tumbuh sehat, ada baiknya Nasdem membiarkan atau tak mempersoalkan bila ada kader yang keluar dari partai jika tak setuju atas kebijakan partai, termasuk dengan dideklarasinya Anies Baswedan sebagai Capres, dan menganggapnya sebagai sebuah dinamika dalam berpartai.


Syukur-syukur Nasdem memberikan penghormatan atau apresiasi atas keputusan kader yang memilih keluar dari partai.


Dalam hal ini, sikap Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Nasdem Ahmad Ali yang menghormati keputusan para kader yang memilih keluar pasca pendeklarasian capres (Kompas, 6/10/2022).


Kali ini, kita perlu memberikan acungan jempol pada Nasdem yang telah memberikan pelajaran bagaimana berpolitik dan berdemokrasi secara benar. Pasalnya, tak semua keinginan atau aspirasi pribadi maupun kelompok bisa dipenuhi parpol.


Sejatinya, sejak seseorang terjun ke dalam politik atau menjadi kader parpol, ia sudah selesai dengan urusan pribadi maupun kelompoknya.


Saat menjadi kader parpol, visi, misi, dan tujuan utamanya bukanlah mewujudkan cita-cita atau impian pribadi maupun kelompok, tapi cita-cita bersama untuk bangsa dan negara.


Salah besar bila seseorang bergabung dengan partai atau berpolitik semata untuk mengurus aspirasi diri sendiri atau kelompoknya. Sebab, tujuan utama berpolitik atau berpartai adalah untuk kepentingan publik demi republik yang kita cintai.


Ada tujuan bersama yang harus dipegang teguh melampaui kepentingan pribadi. Kepentingan nasional yang lebih besar, hendaknya diletakkan jauh di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Begitulah kira-kira.


Sekali lagi kita perlu mengingatkan pada khalayak, tujuan dari berpartai atau berpolitik adalah untuk membangun Indonesia yang lebih baik ke depannya.


Jika seseorang ingin bekerja untuk suatu kepentingan pribadi atau memperjuangkan aspirasi kelompoknya saja, maka bergabung dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) adalah pilihan tepat, bukan di partai politik!


Dalam partai politik, diperlukan kedewasaan seorang kader dalam menjalani proses demokrasi di internal partai. Apalagi, partai sudah membuka seluas-luasnya ruang dinamika dan ruang untuk berdialektika.


Dengan begitu, tak bisa lagi berpolitik atau berpartai atas dasar ngotot-ngototan atau menang-menang dalam memperjuangkan aspirasi, apalagi dendam politik pribadi atau kelompoknya.


Sebagai wujud kedewasaan dalam berpolitik, kader Nasdem yang memutuskan keluar dari partai karena tidak setuju dengan keputusan mengusung Anies Baswedan menjadi Capres, misalnya, tidak perlu lagi menimbulkan kegaduhan dengan berceloteh di media sosial, apalagi hanya karena capres yang didukungnya berbeda.


Nasdem juga tak perlu berkecil hati dengan keluarnya beberapa kader. Bisa jadi, itulah risiko yang muncul di setiap keputusan politik.


Yang penting, publik sudah melihat dan menilai bahwa Nasdem mampu menjalankan demokrasi secara baik. Yang perlu disadari juga, dukungan dan simpati publik terhadap Nasdem selepas deklarasi Anies juga tak bisa kita anggap remeh.


Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Nasdem Hermawi Taslim meyakini betul istilah atau pepatah, mati satu tumbuh seribu. Esa hilang, seribu terbilang! Ia mengatakan partai tak kehilangan kader setelah deklarasi Anies.


Menurut Hermawi, keputusan NasDem mengusung Anies justru menambah kekuatan partai. Ia menyebut kader Nasdem bertambah sekitar 3.601 orang setelah deklarasi Anies Capres.


"Saya meyakini jumlah masyarakat yang akan menjadi kader Nasdem akan terus bertambah.," ucap Hermawi.


Bahkan relawan pendukung Anies di berbagai daerah sudah menyerukan agar akar rumput mereka memilih dan ikut membesarkan partai pengusung Anies. Karena itu, ada baiknya Nasdem bersiap meraih dukungan publik yang lebih luas setelah Anies jadi Capres.


Dukungan publik akan kian bergemuruh saat koalisi terbentuk nanti, yang pada akhirnya akan menjadi amunisi dan kekuatan partai di masa mendatang. (rmol)

*Penulis adalah mantan wartawan

Label:

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.