SANCAnews.id – Perbedaan besar dalam menangani kasus pembunuhan
yang melibatkan aparat berpangkat jenderal terjadi di era Soekarno dan Joko
Widodo. Soekarno terbilang cepat, sementara Jokowi lamban.
Tidak hanya dalam ukuran waktu,
tapi juga soal peristiwa pembunuhan yang terbalik. Di era Soekarno, prajurit
Cakrabirawa membunuh 6 jenderal. Peristiwa ini dikenal dengan Gerakan 30
September 1965.
“Para pekaku lekas digulung,
padahal di baliknya ada patai raksasa PKI namanya,” tegas Koordinator Gerakan
Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu
(1/10).
Sedangkan pada era Jokowi, kasus
pembunuhan ini dilakukan oleh seorang polisi berpangkat jenderal bintang dua.
Yang terbunuh adalah prajurit berpangkat brigadir.
Namun demikian, kasus pembunuhan
yang terjadi pada bulan Juli lalu ini tidak kunjung rampung. Bahkan satu
tersangka baru ditahan kemarin (Jumat, 30/9).
“Pada era Widodo logika kebalik.
Jenderal yang bunuh prajurit Brigadir J. Berbulan-bulan pelakunya nggak jelas.
Se-NKRI pening. Nggak lucu,” tutupnya. *