SANCAnews.id – Direktur Utama PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk. Darmawan Junaidi mengungkapkan sejumlah tantangan yang
akan dihadapi perbankan pada tahun depan, di tengah munculnya ancaman resesi
global pada 2023.
Darmawan
mengatakan, potensi risiko yang akan terjadi pada masa itu adalah besarnya
risiko terhadap pinjaman hingga tingkat transaksi yang tidak setinggi pada
tahun ini. Ini katanya lebih disebabkan dampak memburuknya kinerja perbankan
global.
"Risiko
spillover dampak memburuknya kinerja perbankan global terhadap industri
perbankan domestik yang mungkin akan juga memberi dampak terhadap eksposur
pinjaman dan juga beberapa transaksi yang mungkin akan tidak setinggi di
tahun-tahun ini," kata Darmawan saat konferensi pers virtual, Rabu, 26
Oktober 2022.
Selanjutnya,
dia mengatakan, risiko yang akan dihadapi perbankan adalah pengetatan likuditas
karena sudah bergesernya tren suku bunga rendah yang selama ini dinikmati sejak
masa Pandemi Covid-19 menjadi tren suku bunga tinggi seperti saat ini karena
tingginya inflasi.
Darmawan
memperkirakan, tren kenaikan suku bunga ini bahkan merata di seluruh dunia,
bukan hanya dari suku bunga acuan bank sentral AS, Fed Fund Rate saja. Untuk
suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate diperkirakannya masih akan terus
naik dari saat ini 4,75 persen menjadi 5,5 persen akhir tahun da 5,75 persen pada
akhir 2023.
"Tidak
hanya di Fed Fund Rate tapi juga sudah diikuti oleh Bank Indonesia, sehingga
kita akan melihat likuiditas pasar pasti akan terpengaruh lebih menurun,"
kat
Dengan
demikian, risiko lanjutannya menurut Darmawan adalah volatilitas nilai tukar
yang harus dihadapi oleh perbankan dan industri secara umum akibat adanya
aliran modal asing yang terus keluar dari pasar keuangan sehingga menyebabkan
pengaruh pada kualitas cashflow dari para nasabah ke depan.
Meski begitu,
Darmawan mengaku, kinerja keuangan Bank Mandrii akan tetap terjaga pada 2023,
sebab Bank Mandiri memiliki fokus bisnis terhadap nasabah wholesale.
"Lebih
menggarap ekosistem nasabah-nasabah wholesale yang memang memiliki peluang
untuk value chain-nya digarap secara optimal, terutama di sektor-sektor yang
resilient dan risiko yang terukur," kata Darmawan.
Hingga kuartal
III - 2022, Darmwan mengatakan, dari total kredit Bank Mandrii sebesar Rp 1.168
triliun, sebagian besar memang disumbang penyaluran terhadap segmen korproasi
mencapai Rp 410 triliun atau tumbuh 12,2 persen secara tahunan.
Sisanya baru
terkucur untuk segmen perusahaan anak sebesar Rp 260 triliun atau tumbuh 22,1
persen, komersial Rp 188 triliun atau tumbuh 11,4 persen, baru ke segmen mikro
Rp 147 triliun atau tumbuh 13,8 persen, konsumer Rp 98 triliun atau tumbuh 10,3
persen, serta usaha kecil dan menengah (UKM) Rp 66 triliun denagn pertumbuha
11,4 persen.(tempo)