SANCAnews.id – Pemerintahan Indonesia dianggap tidak berpihak
kepada rakyat dengan memberikan beban yang semakin berat dengan menaikkan harga
BBM. Mengingat, harga BBM di Malaysia justru diturunkan sesuai dengan
merosotnya harga minyak dunia.
Direktur Pusat Riset Politik,
Hukum, dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam mengatakan, kenaikan harga
BBM di tengah turunnya harga minyak dunia menunjukkan salah satu bentuk
ketidakberpihakan pemerintah kepada rakyat.
"Apalagi kalau kita
bandingkan dengan Malaysia yang harganya bisa dua kali lipat dari Indonesia.
Kalau dibandingkan dengan produk Shell, Vivo, dan BP misalnya, tidak terlalu
signifikan perbedaannya," ujar Saiful kepada Kantor Berita Politik RMOL,
Senin (5/9).
Akademisi Universitas Sahid
Jakarta ini mengaku heran, pihak swasta saja berani jual BBM eceran dengan
harga hampir sama. Akan tetapi negara melalui BUMN tidak bisa menjual dengan
harga di bawah swasta.
"Sungguh ini di luar nalar
publik. Kalau swasta menjual hampir sama dengan Pertamina, artinya swasta masih
untung. Sekarang kita lihat apakah Pertamina masih mengatakan rugi? Saya kira
ini bentuk ketidakperpihakan kepada publik," tegas Saiful.
Dengan perbandingan tersebut,
kata Saiful, sudah tepat pemerintah mengundang Farel Prayoga ke Istana Negara
saat peringatan Kemerdekaan 17 Agustus lalu.
"Dengan menyanyikan lagu
'masa iya mau dibanding-bandingin' (wong ko ngene kok dibanding-bandingke), karena
memang pemerintah kita mau dibanding-bandingkan dengan negara lain,"
pungkas Saiful. *